sepedaan |
Pekan kemarin, aku (iseng) ikutan UI Healthy on Trip Cycle. Yak, sepedaan keliling kampus yang rutenya lebih dari 10 km. Sebenarnya tidak iseng juga sih, karena memang lagi pengin riyadhoh ajah (selama ini mah, jarang banget yak bisa sepedaan kek gitu, paling juga riyadhohnya jalan kaki minimal 30 menit per hari. Hee…). Hmm….serruu juga sih, alhamdulillaah. Hanya saja, setelahnya bikin aku tepar dan ndak konsen buat belajar. Hee…. Tapi tak ape lah, karena kaya nya sepedaan justru mensintesis zat endorphin yang bikin hati bahagia. Hehe…
Ngomong-ngomong soal bahagia, sesungguhnya ia lebih dari sekedar rasa. Dalam tubuh kita, ada yang namanya endorphin. Endorphin sendiri adalah sebuah senyawa kimia (yang mungkin ada kaitannya dengan system fungsi luhur di limbic sono. Benar atau tidak yah? Hehe… ini ndak kurujuk dari literature, jadi kalo salah mohon dibenarkan yah?!). Tapi yang jelas, semakin banyak endorphin yang dihasilkan tubuh, maka akan semakin bahagia seseorang. Katanya sih, refreshing (kaya’ sepedaan gituuh) akan meningkatkan endorphin dalam tubuh. Sebaliknya, mood itu diperantarai oleh system yang namanya 5-HT atau serotonin. Jika seseorang lagi ndak mood dan lagi depresi, jumlah serotoninnya pasti lagi turun (nah, kalo ini aku rujuk dari literatur, bisa dibuktikan keabsahannya…hee)
Ah, tapi biarkanlah bahagia itu jadi urusan hati…hihi…
Hmm…aku hanya ingin berbagi hikmah saja. Untukku terutama, dan juga untukmu…
Ada sebuah pelajaran yang aku petik dari kisah sepedaan ahad pagi itu. Begini, pada mulanya aku datang ke acara tersebut bareng dengan beberapa orang, sekitar 6 orang. Jadi, kita start di tempat yang sama lalu jalan sama-sama. Tapi, setelah melaju sekian lama, akhirnya sudah terpisah-pisah. Ada yang udah melaju jauh, duluan. Dan, aku tertinggal agak ke belakang. Dan pada akhirnya, aku sendiri. Teman-temanku yang lain sudah melaju jauh. Di sisi kiri dan kanan, tak lagi kukenali siapa.
Sepedaan kali ini memberiku pelajaran, bahwa pada akhirnya memang kita harus sendiri. Ya, pada akhirnya kita memang harus sendiri, mau tak mau, suka tak suka. Tinggallah segala bekal yang kita punya… Tanpa teman, tanpa sahabat, tanpa keluarga…
Begitulah episode-episode hidup yang kita jalani. Takkan pernah sama dengan seiapapun. Jika pun pernah bersisian, tapi, suatu saat PASTI akan ada titik di mana kita berpisah. Dan, lagi-lagi, kita sendiri…
Maka, bergantung dan menyadarkan harap pada manusia, justru akan menghadirkan kegamangan ketika suatu saat sandaran itu oleng… Sungguh, tak selamanya kita bisa bersama orang lain (keluarga, sahabat, teman-teman, saudara). Ada masa di mana kita harus survive dengan sebuah kondisi yang barang kali tak pernah kita duga, akan seperti ini, atau seperti itu… Maka, cukuplah bergantung pada-Nya saja yang di tangan-Nya segala adidaya…
Kelak, suatu saat, kita PASTI akan benar-benar sendirian. Ketika ketika telah sampai waktu kita terminasi hidup. Sedekat apapun kita dengan orang-orang yang kita cintai, PASTI tidak akan mau ikut bermalam di lubang sempit itu. Hanya amalan kita saja yang akan menemani…
Semoga ini mengingatkan kita tentang hari di mana KITA HARUS SENDIRI. Jika baik perbekalannya, maka baik pulalah tempatnya, dan jika buruk perbekalannya, sungguh alangkah sengsaranya masa-masa kesendirian itu…
haha...siko acok sepedaan ma kk apo ly kq lah malming,
ReplyDelete*soal sendiri kayaknyo gue banget lah :D
hehe...iyakah Det?
ReplyDeletehihi