|
ingat mati yuuk |
Ba’da Maghrib kemarin, ada sebuah cerita yang cukup untuk kami (aku dan Dewi) jadikan pelajaran. Tentang tetangga Dewi yang ‘Kembali selagi Muda’. Masih muda. Belum tergolong lansia, apalagi geriatri. Tiba-tiba pusing, lalu dalam beberapa menit saja, jasad itu tak lagi bersama ruh nya. Ah, begitu sejenak. Tiba-tiba, dan tak satu pun orang menyangka, ia akan pulang secepat itu.
Ah, Kembali kepada-Nya selagi Muda.
Sungguh ajal yang tak terprediksi kapan datangnya.
Ah, teringat dengan banyaknya angan dan mimpi dunia, yang belum tentu akan terwujud. Tapi, di banyak waktu, kita justru lebih banyak bersiap untuk sesuatu yang bahkan tak pasti untuk kita dapatkan. Tapi, lengah dengan sesuatu yang PASTI akan kita hadapi. Lebih banyak bersiap untuk sesuatu yang tak pasti ketimbang sesuatu yang PASTI.
Ah, mendapatkan gelar magister, mendapatkan posisi strategis, mencapai cita-cita profesi tertentu, dan bahkan menikah (bagi yang belum menikah), BUKANLAH sesuatu yang PASTI. Ia-anya, masihlah sesuatu yang abstrak, bisa jadi terwujud dan bisa jadi tidak. Tapi kematian, adalah sesuatu yang PASTI akan kita hadapi. Hanya saja, mungkin persiapan untuk hal-hal keduniawian jauh lebih banyak dari pada porsi untuk mempersiapkan diri menuju kematian yang PASTI adanya, dan justru lebih dekat keberadaannya dengan diri kita. Astaghfirullah…
Teringat dengan celetuk seorang sahabatku, Wewen, “Ah, bagaimana jika kita letakkan saja kain kafan di lemari kita bersama pakaian lainnya, agar kita ingat, suatu saat kita pasti memakai kain putih ini.” Ah, benar juga. Agar kita tak lena, lalai dan lupa, bahwa kita PASTI akan menghadapi kematian, sesuatu yang justru lebih dekat dengan diri kita, ketimbang mimpi-mimpi yang tak pasti.
Ini bukan berarti kita lantas melupakan dunia, dan hanya sibuk menanti kematian. Tidak. Bukan demikian adanya. Tapi justru, dengannya kita berupaya untuk menjadikan setiap jenak-jenak yang kita lalui adalah dengan sebaik-baiknya usaha. Agar penghujung dan penutup umur kita jua adalah pada sebaik-baiknya amal. Allahumma aamiin. Aku menuliskan ini, bukan karena aku lebih baik dalam mempersiapkan itu semua, tapi justru karena aku masihlah begitu jauh dari itu. Maka, selain berlomba untuk kebaikan, kumohonkan padamu semua, ingatkanlah aku ketika aku lengah, ketika aku banyak tersalah, ketika aku abai dengan kehidupan PASTI yang hanya amalan kita sajalah yang menjadi peneman setia. Tiada selainnya.