Separuh Jiwaku

Maaf yaah, ini postingan "egois" dan untuk kalangan terbatas. Hehe. Spesial kutuliskan buat seseorang di belahan bumi nun jauh di sana, setengah jiwaku.
Apa kabar cinta?
Semoga keberkahan-Nya senantiasa menaungi kita.

Kebersamaan kita yang begitu singkat, cukup untuk meninggalkan selaksa memori indah. Di sini, di hati ini. Dan kini, separuh jiwaku telah terbang ke Riyadh. Ada ribuan mil jarak, di negeri yang berbeda, di benua yang berbeda. Bohong besar jika aku tidak bersedih. Sungguh aku bersedih sangat. Ini perpisahan yang paling banyak menumpahkan air mata bagiku. Tapi, ini adalah pilihan yang kita pilih. Dan tentu saja, adalah pilihan terbaik menjalani pilihan itu. Sebab kita yang memilih. Ya, sebab kitalah yang memilih pilihan ini. Dan ini, tentu saja adalah sebaik-baik pilihan, in sha Allah...

Sama seperti sebelumnya, masing-masing kita menjalani aktivitas layaknya biasanya. Dirinya dengan aktivitasnya dan aku dengan aktivitasku. Tapi, tentu saja kini ada yang berbeda. Sungguh, ada yang hilang rasanya. Tetap saja, ada yang hilang. Separuh ingatanku kini tertuju pada satu sosok nun jauh di sana. Sosok yang mengisi penuh satu lokus spesial di hatiku dan saat ini (dan seterusnya in sha Allah) tiada selain dirinya di sana. Dan jika satu rindu itu setara setetes air, maka kerinduanku padanya telah melebihi satu samudra. Ingin sekali rasanya terbang ke sana, berada di sisinya.

Semoga Allah segera mempersatukan kita di tempat yang sama. Di belahan bumi manapun itu, sungguh bersamanya adalah salah satu fase terindah dalam hidupku. Saat ini, hanya perlu satu kata (yang mungkin mudah untuk diucapkan tapi sulit untuk dilaksanakan) : SABAR. Ya berSABAR. Sungguh setiap kesulitan kita, jauh sebelumnya Allah telah sediakan kemudahan. Selalu saja, membersamai kesulitan itu ada kemudahannya. Dan ini sudah menjadi janji-Nya.

Harus tetap SEMANGAT menjalani hari-hari.
Karena kita kini satu jiwa, maka kesedihannya menjadi kesedihanku.
Kebahagiannya pun menjadi kebahagiaanku.
Semangatnya, menjadi semangatku.
Pun begitu sebaliknya.
Jadi, Harus SEMANGAT!
HAMASAH!

Ah, sungguh, kita masih sama-sama menginjak bumi yang sama--Bumi Allah.
Kita pun masih menatap langit yang sama.
Matahari yang menyinari pagi hingga petang kita pun masih sama.
Dan rembulan serta bebintang di langit yang menerangi malam kita pun tetap sama.
Jadi, sesungguhnya kita tak pernah berjauhan, seberapapun jarak. Karena yang terpenting, bahwa masing-masing kita berada pada penyadaran, bahwa kita kini adalah satu.

----------------------
Edisi Melankolik

Related Posts:

  • Kadang Rindu Tak Mengenal LogikaKadang rindu tak mengenal logika. Ya begitulah. Hari ini,sepertinya rindu tidak sedang berkompromi. Aku tahu, 300 rupiah tidaklah cukup menggunaka… Read More
  • Saat-Saat Pagi Menjelang SiangSambil ngelirik jam di HP, aku perhatiin lalu lalang orang di puskesmas. Sudah jam 11. Masih ada "mangsa" (eehh, responden) lagi nda yaah? Mulai sepi … Read More
  • Cowo Cakep dari Balik KacaAdalah hal yang menyenangkan pagi menjelang siang ini bisa menemani cowo cakep (dari balik kaca). Ya, meski cuma lewat screen laptop. Tapi, saat ini i… Read More
  • 30 Hari Kebersamaan KitaBeberapa hari yang lalu, aku dapet SMS dari nomor yang tidak kukenal. Bunyinya lebih kurang begini : Nah, kau yang sering menasehati tentang cinta da… Read More
  • MEMANCING IKAN : a spesial momentMomen memancing ikan kali ini menjadi momen indah yang sangat tak terlupakan... Kita sudah merencanakannya sejak kemarinnya, tapi baru tertunaikan sor… Read More

4 comments:

  1. Lagi blogging juga yaaaa... jangan lupa yaaa mampir ke blog aku http://maarif-suryadi.blogspot.com
    Terimakasih...

    ReplyDelete
  2. @Maarif : iya, trims sudah berkunjung ke sini
    @Nai n Fathma : :D

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked