Cemburu

henpon jadul
Sejak pertama kali punya henpon hingga akhir tahun 2013, genre henpon yang aku punya masih tak jauh beranjak, meskipun pertumbuhan dan perkembangan dunia perhenponan begitu pesat dan cepatnya. Tahun 2004, mulai punya henpon (tapi bukan aku yang pake) sebab perlu komunikasi sebab adikku harus dirawat di daerah yang beda kabupaten dengan kampungku yang jauuh terpelosok di mana peralatan medisnya kurang lengkap. Henpon kala itu yang beredar masihlah hanpon dengan monoring, bisa dipake buat nelpon, sms, main games "snakes" (hehe, mungkin yang berada satu generasi dengan aku masi ingat dengan games ini), dan dua lagi, alarm dan kalkulator.

Hingga dalam jangka 5 tahun saja, perkembangan dunia henpon begitu dahsyatnya! Dengan kamera yang canggih, dilengkapi fasilitas internet, serasa dunia dalam genggaman. Games snakes mulai ditinggalkan. Henpon mulai multifungsi, bukan hanya buat SMS dan telpon, melainkan buat fesbukan, twitteran, yutub-an, dan sederet sosmed lainnya.

Sebagai orang yang cukup addict dalam sosmed (dulu looh, duluuu....), aku agak sedikit "ngeri" berdekatan dengan henpon pinter (smartphone). Dulu, tahun 2008, aku termasuk assabiqunal awwalun yang pake fesbuk di antara teman-teman angkatan. Saking addict nya, secara tak langsung, ada jadwal khusus untuk ke warnet sebelah wisma, buat mengecek notifikasi fesbuk, buka email dari milis tertentu, atau lebih bagus dikit, ngaplod tulisan di blog, (dalihnya sih mau cari jurnal buat proposal. Ujung-ujung, bukak fesbuk jugaa. Hadeeehhh -__-").

Tapi, lama kelamaan bosen juga ternyata. Sampai-sampai pernah notifikasi ratusan enggak dibuka-buka entu fesbuk. Apalagi twitter. Paling cuma buka blog doang. Itupun banyak komen yang tak tereplay (blog yang di wordpres terutama!). Tapi, teteap saja sepertinya dosis sosmed addict nya belum sepenuhnya pulih. Pasalnya, sekali bukak laptop, fesbuk menjadi sesuatu yang hampir tak ketinggalan. Untungnya, tidak selalu ada sinyal internet (spe*dy yang sering bermasalah), modem yang sering gak ada pulsa. Heheheheuuu...

Hingga di tahun 2013, ketika henpon pinter mulai ramai bak jamur tumbuh di kayu lapuk. Punya henpon pinter (smartphone) bukan lagi kebutuhan tertier tapi menjadi kebutuhan primer. Tapi aku tetep punya minat yang kecil untuk memilikinya. (Keinginan sih ada, tapi tak semenggebu-gebu keinginan punya kamera SLR. Hahaha...). Sebenarnya satu hal yang aku khawatirkan jika aku memiliki henpon pinter adalah... aku khawatir sosmed addict aku malah semakin buruk prognosisnya. Setidaknya, jika menggunakan laptop doang, butuh usaha extra (nyalain laptop dulu, cek koneksi dulu, batrenya tahan cuma beberapa jam, dan berat untuk dibawa ke mana-mana), dibandingkan menggunakan henpon pinter yang bisa dibawa ke mana-mana dan aplikasinya available, mudah untuk diakses.

Fiuuuffftt.... Akhirnya aku memutuskan punya henpon pinter juga di akhir 2013. Bukan karena merasa ketinggalan jaman. Bukan. Sama sekali bukan! Toh, selama ini aku PD ajah tuh pake henpon jadul ke mana-mana (ga perlu sembunyi-sembunyi dalam tas pas ngetik SMS di henpon jadul di hadapan orang banyak karena malu henponnya ga pinter), poko'e teteeup PeDe. Sebenarnya, lebih kepada kebutuhan untuk berkomunikasi, sebab aku akan pindah domisili ke negara yang sangat jauh dari Indonesia. Jika cuma mengandalkan henpon gak pinter yang bisanya cuma SMS dan telpon, justru akan lebih mahhhhhhaaaalll buat berkomunikasi dengan keluarga, dengan sahabat-sahabat. Yaa, setidaknya, adanya aplikasi semacam wasap, memudahkan untuk berkomunikasi. Setidaknya, sahabat-sahabatku tidak merasa keberatan untuk menghubungiku, yang jika menggunakan SMS bisa 5x lipat harga SMS dalam negri.

Nah, akan tetapi, kehawatiranku mengenai henpon pinter itu uhuks... terbukti juga. Aplikasi sosmed begitu mudah diakses. Huaaa.... sosmed addict kronis!!!

(Eh, ada yang nunggu-nunggu ga yaa, kenapa justru judul tulisan ini cemburu, tapi gak satu pun paragraf di atas menyinggung soal cemburu! Hehe. Bentaar. Yang di atas itu baru prolog.
WHAAAATTTT'S???? PROLOG????) Hihihi.... Sabaaar yaa MbaBro, MasSist, eehh salaahh.... MasBro dan MbaSist...

Nah, mengapa cemburu?

Dalam beberapa kali, suamiku pernah bilang,
"Duuh, henpon mulu yang diliatin, cemburu niih."
"Sekarang soulmate-nya Samsung yaa, bukan suaminya lagi?"
"Hiks, udanya dicuekin, malah asyik ama henpon ajjaah."
"Eh, tolong tanya ama soulmate nya dong, udah jam berapa sekarang?" (maksudnya liat di henpon).

Aduuh...
Ternyata, henpon pinter, selain juga bikin sosmed addict, juga memicu kecemburuan. Dulu, ketika henponku ga pinter, bukan henpon yang pinter, suamiku ga pernah bilang gitu. Malah aku yang cemburu berat, kalo suamiku malah asyik liatin iPad atau Samsung nya ketimbang liatin aku. Heuuu...

Ternyata eh ternyata, setelah ngobrol dengan emak-emak lainnya, aku ga sendirian. Ternyata eh ternyata, banyak juga yang mengalami kecemburuan terhadap henpon ini. Ini sudah menjadi simptom yang meraja lela. Hampir total 3 jam sehari rata-rata orang-orang menggunakan sosial media (yang didominasi oleh fesbuk dan twitter). Itulah sebabnya promo lewat sosmed terlihat lebih ampuuh.

Nah, postingan ini, sebenarnya "pengingat" bagiku sendiri (ini terutama buat diriku sendiri loh yaa) agar lebih bijak ber-sosmed. Jangan sampai membuat yang jauh jadi dekat, dan yang dekat malah jadi jauh. Yang jauuuh entah di belahan bumi mana asyik-asyik disapa melalui sosmed, sedangkan yang dekat (yang duduk di sebelah kita) justru tercuekin.

Tips agar bijak ber-sosmed :
(tadinya awalnya cuma buat diri sendiri aja, simpen di diari. Tapi, akhirnya aku bagi di sini biar bermanfaat juga bagi kamu yang kebetulan berada di case yang sama)
  1. Waktu untuk sosmed max 1 jam/hari (semoga aku bisa disiplin)
  2. Gunakan waktu buat sosmed bukan dengan mengambil jatah waktu untuk keluarga tercinta (kalo lagi sama suami dan anak-anak, usahakan untuk mencuekkan henpon sepinter apapun henponnya, kecuali dalam urusan sangat penting). Waktu untuk ber-sosmed usahakan pas menghabiskan "me time" saja. Atau divide in to 4 parts. Pagi 15 menit, siang 15 menit, sore 15 menit, malam 15 menit (hehe, sosmed mulu ini mah namanya! kayak makan obat ajah!).
  3. Ingat-ingat, kalo kita tidak menyibukkan diri buat hal yang penuh kemanfaatan, kita akan disibukkan dengan hal yang melalaikan.
  4. Ingat-ingat, bahwa suami dan anak lebih memiliki hak atas diri kita dibandingkan sosmed
  5. Ingat-ingat, bahwa kematian datang kapan saja.
  6. Jika poin di atas ga sanggup untuk mendisiplinkan kita, unistall aja aplikasi yang menyibukkan (hehe, mungkin aku belum bisa kalo yang ini)

Semoga bermanfaat :)



1 comment:

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked