Salah satu chapter yang menarik menurutku adalah tentang Sukhriyah ini. Ceritanya sederhana, tapi sarat makna. Alkisah, di sebuah hayy (district) tinggallah 3 orang anak yang pemalas, dan kerjanya suka mencela dan membully orang. Suatu ketika, seorang anak namanya Hassan sedang menuju ke masjid. Pakaiannya yang dikenakannya sudah robek karena ia fakir dan dia membawa beberapa buku. Ketika memasuki halaman mesjid, 3 anak tersebut membully nya, menarik bajunya, merebut bukunya dan kemudian menertawakannya. Hassan masuk ke masjid dengan menangis.
Kejadian itu rupanya dilihat oleh syaikh imam masjid dan beliau langsung menghampiri ketiga anak tersebut. "Kalian kenapa mengolok-olok Hassan?"
"Kami?? Gak ada koq syaikh.." eh ketiga anak ini malah bohong. Tapi sayangnya, mereka udah ketangkap basah sama Syaikh imam sehingga tak bisa mengelak lagi.
Lalu syaikh berkata dengan baik, "Apakah kalian tidak mengetahui kalau Sukhriyah (mencela mengolok dan membully) itu perbuatan yang tidak disukai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Syaikh membacakan surat Al Hujurat: 11
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ ...)
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok..." (Qs Al Hujurat: 11)
Kemudian Syaikh menceritakan tentang Kisah Betis Ibn Mas'ud. Suatu ketika ibnu mas'ud memanjat pohon kurma, sehingga tersingkap jubahnya (tsaub) dan terlihatlah betis beliau yang kurus. Para sahabat menertawakan beliau. Lalu Rasulullah menegur sahabat dan bersabda "Mengapa kalian tertawa? Terhadap kaki hamba Allah yang timbangannya di hari akhir jauh lebih berat dari gunung uhud?"
Syaikh lalu berkata, "kalian hari ini mengolok-olok Hassan. Sementara ia adalah anak yang paling rajin di Hayy ini. Pagi dia belajar, siang dia membantu orang tuanya, dan dia juga menghafal Al Qur'an dan Hadits di masjid ini."
Akhirnya ketiga anak itu meminta maaf pada Hassan dan Hassan pun memaafkan.
Banyak hikmah dari kisah ini. Di jaman serba sosmed ini, orang dengan mudahnya membully dan mengolok cukup dengan memainkan jempol. Fenomena membully, mengolok, mencela seseorang atau sekelompok orang tampak sepertinya sudah biasa dilihat dan dibaca di laman sosial media. Seolah itu biasa saja. Bahkan ada yang dengan mudahnya mencela para ulama dengan kefakihannya, padahal si pencela sendiri entah seberapa ilmunya dibanding para ulama. Ada kebaikan mencuat kepermukaan, tetaap saja ada celah untuk dicela. Padahal... boleh jadi, boleh jadi yang dicela jauh lebih baik dari yang mencela.
Semoga kita lebih bijak dalam berkomentar terhadap sesuatu, dalam membagikan sesuatu, dalam pembelaan terhadap seseorang atau sekelompok orang jangan sampai etrjatuh pada kategori sukhriyah. Bukan untuk membungkam kita ketika mengkritisi sesuatu, melainkan menjadi rambu-rambu agar jangan sampai jatuhnya pada mencela.
#Menasihati Diri SendiriTerutama
#Maafkan Jika Pernah Sengaja Atau Tidak Mengolok/Mencela
#Yuk Lebih Bijak ber-SosMed, baik dalam men-share, santun dalam berkomentar
#No Sukhriyah
#Saling Mengingatkan
#Selamat Ujian Nihayah ^_^
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked