Saudaraku,
barangkali kita sudah pernah mengenal rumus diatas. Mari sejenak kita telik
rumus ini :
Dari gambaran diatas
:
F : besarnya gaya untuk menarik
beban keatas
W : besarnya beban
m : masa beban
g : kecepatan gravitasi
f’ : gaya gesek terhadap bidang
Θ : sudut kemiringan bidang
Dalam kondisi
dinamis, dalam artian terjadinya perpindahan beban pada bidang dengan panjang
tertentu dapat terjadi jika F lebih besar dari f’ dan Wy. Jika besarnya F
adalah sama dengan besar gaya gesek dan Wy, maka benda itu akan berada pada
titik statik, artinya tidak terjadi gerak sama sekali. Sebaliknya, jika F lebih
kecil dari f’ dan Wy, maka benda itu malah terjatuh dan tidak dapat melewati
bidang dengan panjang tertentu.
Saudaraku, demikian
pula dalam hidup kita ini. Rumus itupun dapat diekstrapolasi terhadap kehidupan
kita sehari-hari. Dari rumus fisika
tersebut, F adalah besarnya gaya yang kita punya untuk melewati rintangan
hidup, tantangan hidup, tanjakan, bidang mring dengan panjang tertentu yang
harus didaki (dijalani). Sedangkan f’ adalah adanya nafsu-nafsu, potensi fujur
yang mengarahkan/menarik kearah penurunan, dan Wy adalah besarnya beban hidup
yang kita tanggung, baik itu berupa beban, tanggungjawab, amanah, dsb. Wy
adalah W.cos Θ. Θ (theta) ini merupakan besarnya sudut kemiringan tantangan
yang akan kita hadapi.
Untuk dapat melewati
bidang miring (tantangan kehidupan itu), kita mesti punya gaya yang lebih
besar dari pada gesekan (rongrongan
nafsu lawwamah) dan beban-beban dan tanggungjawab kita, hingga kita mampu
mengarungi kedinamisan hidup. Coba kita bayangkan, bagaimana jika tak cukup
energi (gaya[F]) yang kita punya untuk melewati beban miring itu? Bagaimana
jika gaya gesek (nafsu keburukan dan potensi fujur) itu lebih besar? Tentulah
kita takkan dapat melewati bidang miring dengan panjang tertentu (besarnya
tantangan hidup). Yang teradi, justru beban yang kita angkut melintasi bidang
miring akan jatuh melorot, menuruni bidang miring. Itu artinya, kita menjadi
orang yang kalah, orang yang putus asa dalam hidup ini. Bukankah begitu banyak
orang-orang yang ending kehidupannya
berakhir tragis pada tiang gantungan, pada bilahan pisau mengkilap, atau pada
segelas racun serangga? Yah, mereka adalah orang-orang yang kalah dalam
kedinamisan hidup ini. Mereka adala para pecundang!! Saudaraku, beban, amanah,
dan tanggungjawab (Wy) adalah hal yang niscaya dalam hidup ini. Bukankah W itu adalah m.g? m adalah massa diri
kita, dan g adalah gaya grafitasi
yang sudah menjadi sunnatullahnya. Lalu, apakah kita akan menafika semua itu?
Bukankah Allah tidak akan memberikan massa
yang berat jika kita tak sanggup memikulnya?
Saudaraku, betapa
banyak disekeliling kita orang-orang yang merasa betapa Wy yang dibebankan
kepada mereka terlalu besar. Yah, beban hidup yang lebih sering menciptakan
satu paradigma buruk dalam pikirannya, bahkan tak jarang lontaran sangka buruk
kepada Allah! Betapa banyak orang-orang yang berputus asa dan merasa tak
berarti apa-apa diatas permukaan bumi yang kaya ini. Bukankah Rabb telah
membebankan suatu beban (Wy) itu dengan porsi yang sangat proporsional terhadap
hamba-Nya? ” Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupanya....” (Qs. Al Baqarah [2] : 286.
Lalu, mengapa kita
membuat gaya gesek itu diperbesar? f’ itu
sesungguhnya hanyalah sebuah gaya gesek yang pengaruhnya dapat ditekan sekecil
mungkin. Bukankah potensi fujur itu juga merupakan hal yang niscaya? Lalu,
kenapa begitu banyak orang yang terjebak, dan bersedia menjadi hamba bagi
nafsunya yang senantiasa mengajak kepada keburukkan? Jika demikian, maka
sungguh kedinamisan hidup (F yang seharusnya lebih besar) justru terdepak dan
menyebabkan benda yang diangkut itu berguling jatuh.
”Dan adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)” (Qs. An Naazi’at [79] : 40-41)
Sungguh, orang-orang
yang sanggup menahan hawa nafsunya dan takut pada kebesaran Tuhannya, yaitu
orang-orang yang berhasil mengabaikan f’ (gaya gesek) yang memperlambat
langkahnya dalam melewati bidang miring itu, maka baginya kemenangan hakiki,
yaitu ditempatkan-Nya di jannah-Nya. Bukankah itu sebuah ending yang menggiurkan?
Saudaraku, sungguh
kita punya Allah, Yang Maha Perkasa, Yang menjadi sumber dari segala kekuatan.
Bukankah bagi Allah semua perkara adalah mudah? F yang besar, gaya yang
terbesar adalah gaya ketika kita menjadikan kedekatan dengan-Nya sebagai gaya
utama, sebagai sumber kekuatan yang paling utama. Jika Rabb telah menjadi
kekuatan, dan sumber kekuatan, apakah beban dan gesekan kecil itu masih dapat
memberikan pengaruh yang signifikan? Tidak! Seberat apapun beban, dan
sebesar apapun gaya gesekan, ketika F
yang kita punya lebih besar tentulah tantang hidup, sebesar apapun sudut
kemiringannya akan dapat kita tempuh.
Permasalahan hidup
adalah hal yang pasti akan terjadi. Jika tak dihadapkan pada masalah,
bukanlah hidup namanya. Akan tetapi,
penyikapan terhadap hidup itu sendiri yang sering salah. Begitu banyak orang
yang tergiur dengan jalan pintas yang sama sekali bukan solusi. Kemanakah akal
sehat kita? Lalu, dimana pula posisi iman didada kita? Bukankah kekuatan itu
justru terletak pada besarnya F yang kita punya? Dan sumber F itu sendiri
adalah Rabb yang Maha Perkasa. Barangkali, hal ini yang sering luput dari hati
kita.
Saudaraku, sungguh
rumusan itu adalah salah satu bentuk penyederhanaan konsep hidup. Yah, sebuah
penyederhanaan konsep hidup yang terkadang luput dari perhatian kita. Sedangkan
alam saja mampu berlaku dan mengikuti sunnatullah untuk mampu melewat bidang batas tersebut. Lalu, kenapa banyak
diantara manusia sendiri yang berakal, tapi justru lebih banyak terguling dan
tersurut mundur dikala melewati bidang yang analog dengan tantangan kehidupan
itu? Semu berpulang kepada diri kita sendiri. Wallahu’alam bishawab.
wow! subhanallah... kerrn2! jarang2 lho ada anak IPS yang memuji rumusnya anak IPA.. heee (biasanya dilirik aja enggak ^^)
ReplyDelete@Ang :
ReplyDeleteitu berlebihan mah...,hihi...
anak IPS paling tak suka rumus yah?
tapi, kalo rumus saja, dirikupun tak suka. hehe
maunya ada ektrapolasi ke kehidupan nyata...^^