Hhehehehe….ni mungkin “menumpahkan” hal-hal yang meluap2
di hati saja. Soal wisuda. Hihi. Sperti yang kubilang sebelumnya, aku tak
begitu “ngeh” dengan momen wisuda ni (bahkan, gladi resik ajah kaga ikutan. Makanya
pas hari H jadi bengong. Hoho). Di saat teman2 yang lain pada sibuk nyiapin
sgala sesuatu, diriku malah nyantai abiez. Bener2 nyantai. Paling nyantai
sedunia (haha, lebay!). Dan, di antara wisudawan, aku jugah paling”strenger”
dan “mencolok” (bukan karena dandanannya loh, catet! Hihi) tapi karena
ke-ber-bezza-an-nya ituuuh. Aku paling “polos” jugah. Satu-satunya wisudawati
farmasi yang kaga pake warna warnian di wajah. Hehe. Tapi ada untungnya jugah. Di
saat yang laen pada “luntur” ‘n ribet baikin bedak, baikin lipstick, baikin
make up, diriku mah nyantai bae. Hehe . (kaga ada yg luntur pun, hihi). Ada yang
bilang, “Uwiihh, enaknya jadi cowo’, gak perlu ribet2.”
Tapi, ada yang bilang, “skali2 Thel, sekali seumur idup.”
Aku akan berdalih, “Hehe, insya Allah, jika masih berumur
panjang, masih ada wisuda berikutnya.” Hehe.
Baju wisudaku pun baru slesai pagi sebelum berangkat ke
wisuda. Padahal, kalo temen2 komen, “aku tuuuh, kalo tiga hari sebelum hari H
gak siap, aku sudah protes berat sama tukang jait nya!” hihi. Dan aku baru
nyetrika toga beserta perangkat2nya pagi itu. Sempat kepikir, kalo yang jahit
kaga ngantar bajunya, aku bakal pake baju yang biyasa dipake kuliah saja (tooh,
jugah bakalan tersembunyi di balik toga koq). Waaaa…., apakah aku terlalu
cuek??
Ups….
Bukaaan…, bukan aku tak menghargai momen wisuda! Sama sekali
bukan! Aku sangat menghargainya. Bukan pula aku menyalahkan orang2 yang pake
make up dan berdandan secantik mungkin. (apalagi yg tujuannya bukan buat
tabarruj, hee). Tapi, hanya tak mau kluar duit buat dandan. Hehehe. Sayang,
seratus lima puluh rebo Cuma buat sehari doang. Buat wajah doang pun. Sayang banget!
Belom lagi lain2 nya (kebaya beserta perangkatnya), sandal nya, humm..apa lagih
yaah?
Toh, bentuk penghargaan terhadap wisuda ni tak dinilai
dari segi penampilan saja, kaan?
Awalnya, -sekali lagi- sperti yg kubilang, momen wisuda
itu bagiku tak terlalu disambut dengan waaaaah. Hmm…gimanaa gituh yaaah? Pokoknya,
yang kebayang di pikiranku, yaaah wisuda ituu…sebuah upacara, seperti biasa,
ada pembukaannya, trus nyanyi Indonesia raya, mars Unand, penyampaian lulusan
terbaik, bintang aktivis, dan, apa lagi yaah? Pokok’e layaknya wisuda biyasa
laah. Aku hanya berpikir sebatas itu.
Tapi…tapi…tapi…, masya Allah. Aku tak membayangkan
sebelumnya, momen wisuda kali ini malah menjadi hari yang sangat berkesan. Terutama
bagi diriku. Benar2 sangat berkesan.
Awal masuk ke audit buat upacara tingkat universitas, aku
jadi bernostalgia. Rasanya, kemaren sore aku (dengan wajah lugu dan malu-malu) berada
di tempat itu mendaftarkan diri sebagai salah satu mahasiswi baru (kendatipun
setelahnya berkutat dengan soal2 SPMB buat ngulang lagi dan ternyata kemudian
gak jadi ngulang) dan ternyata begitu cepat waktu itu berlalu. Dan hari ini,
aku berada di dalamnya dengan toga, bersama 1.502 wisudawan lainnya yang tengah
dilantik untuk jadi pengangguran. (lho??? Salah! Salah! Salah! Koq ngelantik
jadi pengangguran yaaah? Hehe. Sebenarnya ada benernya jugah. Soalnya yang
statusnya sebelumnya “mahasiswa”, sebelum kerja, statusnya jadi “pengangguran”,
kecuali aku dan beberapa temen2 lain yang kuliah lagi. Jadi, statusnya tetep
mahasiswa. Hehe. Dan menjadi mahasiswa itu ternyata enak yaah? Hihi)
Bener! Betapa cepatnya waktu itu berlalu. Lalu, apa yang
telah kuperbuat? Kontribusi apa yang telah kuberikan untuk….kampusku? Untuk….DK?
Berapa banyak amanah yg telah terlalaikan selama ini? OOhhh…, aku tak sanggup
membayangkannya. Dan, sebentar lagi pun (tak lama lagi, insya Allah, jika Allah
masih memberiku umur panjang untuk menyelesaikan studi profesi ini), mau tak
mau, siap tak siap, aku harus SIAP menghadapi tantangan baru, di kehidupan “nyata”
yang lebih heterogen, yang kadang unpredictable. Bukan lagi lingkungan
akademisi di kampus yang cendrung homogeny dengan atmosphier yang sudah “terpetakan”.
Pertanyaannya, apa yang telah kupersiapkan? Ouwh….!!! Dung…dung….
Di acara wisuda tingkat universitas -yang digabung sluruh
wisudawannya- ssiiih tak begitu berkesan, kecuali yaaah…kecuali.wisuda kali ni
dihadiri mentri dalam negri Bapak Gamawan Fauzi, SH, MH dan Bapak Prof. Dr.
Irwan Prayitno, MSc. Hehe. Bukan khusus untuk membuka atawa menutup wisudanya,
dan jugah bukan untuk memberikan sambutan plus sepatah dua patah kata (palin
serah terima ke pak Gamawan sbagai ketua alumni). Tapi, yang lebih tepatnya beliau
bedua menghadirinya dengan status sebagai Orang Tua dari anak-anak mereka yang
jugah diwisuda kali ini. (anakya pak Gamawan, Fakultas hukum, dan anaknya pak
Irwan fakultas ekonomi). Ahh iya, satu hal yg berkesan lagi, banyak uda2, uni2,
abang2 dan kakak2 diasrama dulu yang ikut wisuda jadi DOKTER. Ada mantan
presiden asrama jugah! Waaah…, aku jadi ingat masa2 waktu MOSA di asrama SMA N
1 Padangpanjang dulu. Hehe.
Dan, wisuda di fakultasnya yang bagiku saaangaaat
berkesan. Bukan karena pemindahan jambulnya! Bukaaan! Itu mah biyasa di acara
wisuda. Tapi, yang berkesan itu adalah pas pemberian tanda kasih sama orang
tua. Huaaa….nangis2! serius. Apalagi, wisudawan yang mewakili untuk memberikan
tanda kasih itu aku dan beberapa temen2 lain. Aku sampai nangis2 meluk ibu dan
ayah. Sama ibu, peluk-pelukkannya lamaaa sangat! Sambil sesegukkan. Teman2 yang
pada ngikutin acara wisuda, walau pun bukan wisudawan, jadi ikutan nangis
jugah.
Aku tak menyangka, acara wisuda kali ini diwarnai tangis
haru. Sungguh, aku tak sangka. Selama ni, ikutan tengok2 orang wisuda, kaga
pernah nangis tuuh. Pas giliran wisuda kali nii, waaah..pada nangis. Masya Allah…,
aku benar2 tak menyangka, sampai seterharu ini.
Tapi, satu hal, aku benar2 sangat mencintai beliau
berdua. Sungguh, tak terungkapkan lagi rasa syukurku. Dan, tentu tak cukup
dengan ucapan terima kasih. Kendatipun, di mana-mana orang tua, tak pernah
minta balasan jasa.
Aku bahagia, bisa membuat ayah dan ibu bahagia. Aku bahagia.
Meski bukan lulusan terbaik, dan meski bukan pula seorang cumlaude (sangat
memuaskan jugah cukup koq. Hehe), tapi, walau bagaimana pun, aku ingin
membahagiakan beliau berdua. Itu saja.
So, mari bersemangat!!!!!!
(hehe, photonya sengaja di "rusak", biar gak kliyatan wajahnya. Aslinya ga kayak gini koq koq. Hehe)
ba'da wisuda, waaah langsung deeeh, blajar kelompok buat presentasi hari senin, ampe manghrib....
ReplyDeletehumm...melelahkan...
T_T
Hmm..
ReplyDeleteCongratz, Mabruk, Barakillah...
Ada dokumentasinya juga..
:D
Sedikit memotivasi untuk segera mencobanya. Semakin cepat wisuda, semakin cepat jadi pengangguran..
Kata orang, tapi sepertinya salah. Disiasati aja, Kalau belum bekerja, gak usah dulu wisuda..
@Ksatria2610:
ReplyDeletehehe...
syukron...
dokumentasi??
waaah..perlu itu...!
sepertinya pendukung : "kuliah, kerja dan *****" yaa?? hehehe...
yup, berarti ntar yg diwisuda adalah seorang fresh graduated yg udah "bertempat"...
manztaab deeh kalo gituh. hehe
***** = mobil ya?
ReplyDelete*pura2 dalam perahu..
Yup, dokumentasi menjadi bagian tak terpisahkan dari rentetan sejarah..
Mnatabz dari *ongkong
kenapa harus *ongkong??
ReplyDeletemending, "dari payakumbuah" misal'e kan.
kan lumayan bisa mambuek nagari awak terkenal.hehe
Hmm.
ReplyDeletePayakumbuh, yudah terkenal dari dulunya..
:D
terkenal dek urang py kumbuah tu nah iyo'e
ReplyDelete