Apresiasi dan Penyalahan!
Tak ada orang tua yang menginginkan keburukan pada anaknya. Pasti, setiap orang tua ingin yang terbaik. Tapi, di sinilah letak salahnya. Bahwa, menginginkan yang terbaik tapi dengan kesalahan. Dengan sebuah KESALAHAN yang mungkin tak disadari. Kesalahan yang mungkin saja membunuh! Mematikan! Bukan dengan pisau, racun maupun obat-obatan, TAPI KARAKTER!
Banyak orang tua yang merasa dirinya selalu benar, sehingga, yang keluar pada anak adalah KATA-KATA PERINTAH, KATA MENYALAHKAN, tanpa sedikitpun APRESIASI… Padahal, satu hal, meski orang tua memang lebih banyak memakan asam garam kehidupan, bukan berarti ia senantiasa benar dalam segala hal.
Sesungguhnya, --kesimpulanku-- anak, adalah selayaknya “laboratorium” hidup bagi orang tua yang darinya kita (sebagai orang tua) mesti belajar banyak! Setiap tingkah, polah, dan tindakannya, memiliki pembelajaran tersendiri bagi sang orang tua untuk terus dan terus memperbaiki diri, memperbaiki pola didiknya. Jangan sampai kesalahan itu dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi “corak” yang mewarnai karakternya. Kesalahan yang “abadi”, melekat pada karakter dasarnya.
APRESIASI! Ini sangatlah perlu. Sebab, ia sedang bertumbuh! Jika ia sedang bertumbuh, lantas segera “dipangkas”, maka ia akan sulit untuk bertumbuh lagi. Jika pun tumbuh, barangkali tak seoptimal yang pertama. Atau, setidaknya, menjadi layu. Bukan berarti, tiada pula menyalahkan dengan suatu pembiaran! Tidak! Bukan ini maksudku. Menyalahkan, atas sebuah kesalahan yang memang salah! Tapi, apresiasi kebenarannya terlebih dahulu, BARU KEMUDIAN PERBAIKI KESALAHANNYA! Mendengar! Ini juga salah satu kuncinya. Tidak hanya orang tua saja yang mesti didengar oleh anak, tapi, orang tua juga mesti MENDENGAR anak!
Semua ini mengajarkan kepada kita, para orang tua, para calon orang tua, para pendidik, bahwasannya kita HARUS SELALU BELAJAR! Harus! Dari “laboratorium hidup” itu.
Bagi sesiapapun, (terutama yang menuliskan ini…:p) sesungguhnya, jika kau menginginkan membangun batu bata peradaban ini dengan melahirkan generasi-generasi calon pemimpin masa depan, maka yang harus kau pegang adalah KUNCINYA! Yup, kuncinya! Terus belajar, dan belajar! Bukan hanya dari buku-buku saja, bukan hanya dari training2 saja, tapi, juga dari pengalaman hidup banyak orang-orang di sekelilingmu! Apa saja, bisa dijadikan plajaran. Apa pun. Ambil saja yang baiknya, dan tinggalkan yang buruknya. Sekaligus, jika punya power, maka ingatkan jualah!
Setiap peradaban, akan ada rijal-rijalnya.
Maka, mempersiapkan batu bata pembangun peradapan itu, mestilah dari satuan terkecilnya!
Madrasah pertamanya!
Oh iya, jika sempat, tontonlah pilem “I’m not Stupid 2”. Salah satu dari sekian banyak film yang bertemakan pendidikan anak yg sangat inspiratif. Begitu banyak plajaran yang bisa kita ambil dari sana. Meski kurang suka menonton (heee…:p), tapi, ternyata, untuk film-film tertentu, ada kalanya kita perlu jua menontonnya. Agar kita bisa mengambil ‘ilmunya juga dari sana sekaligus menjadi modal untuk memperbaiki kesalahan2 yang mungkin ada bagi orang tua…
Dalam fil I’m not Stupid, begitu jelas kelasalahan2 itu, yang mungkin ada di lingkungan kita. Maka, barang kali kita bisa perbaiki itu... Hayuu..tonton gih…hihi. Bagiku siih, ini film benar2 sangat inspiratif! Begituuuuuuuuuuu buanyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak plajaran yang bisa diambil dari setiap kesalahan2 pelaku yang ada di dalamnya, dan akibat buruk yang ditimbulkannya. Dan, bayangkanlah, jika para pendidik seperti ini? Akan jadi apa dan akan seperti apa masa sepan seorang anak? (aku gak bakalan bikinkan sinopsisnya! Ambil ajah plajarannya sendiri….okeeeeh….^^)
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked