Di angkot lurus kemarin, aku bertemu beberapa anak SD yang sedang tertawa-tawa, dan di tangan mereka ada sebuah karton dengan bingkai bermotif bunga-bunga. Melihat itu, aku seperti dikembalikan kepada masa 14 tahun silam, ketika aku baru duduk di kelas 3 SD. Tentang sebuah bingkai bamboo. Sebuah momen yang takkan lenyap dari ingatanku. Ingatanku yang begitu sederhana kala itu.
Tentang bingkai bamboo, dahulu, semasa aku kelas 3 SD itu, bu Guru menyuruh kami membuat prakarya di sebuah karton yang dibingkai. Kerajinan tangan. Hmmpph…, aku sangat menyukai plajaran kerajinan tangan (sama seperti aku menyukai matematika. Sangat suka! Atau, apa karena aku potensial hemisfernya dominan otak kanan yah? Hihi). Nah, setelah prakarya itu selesai, bu guru mengatakan bahwa prakarya itu boleh dibawa pulang oleh seluruh siswa. Dua hari lagi, prakarya itu harus sudah selesai dibingkai.
Sesampai di rumah, kuceritakan kepada ayah, bahwa aku harus membawa prakarya itu dengan dibingkai dua hari lagi. Ayahku tersenyum dan mengatakan, “….insya Allah besok kita bingkai.” Tapi, ternyata ayah membingkaikannya dengan bingkai yang ada motif bunga-bunganya. Aku heran, dan mengatakan pada ayah, bahwa teman-temanku menggunakan bingkai bamboo, bukan bingkai motif bunga-bunga begitu! Tapi, ayahku mengatakan, bingkai motif bunga-bunga adalah lebih baik.
Aku memandang ayah yang sampai berkeringat di dahinya ketika menggergaji bingkai motif bunga-bunga itu, tapi tetap semangat menggergajinya. Ayah yang begitu bersemangat memberikan yang terbaik untukku. Aku, dengan pemikiranku yang sederhana, waktu itu merasa kecewa. Karena, bukan bingkai bamboo, melainkan bingkai motif bunga-bunga.
Dua hari kemudian, aku membawa prakarya itu ke sekolah dengan malu-malu. Kusembunyikan di balik plastic hitam karena bingkaiku berbeda. Pun, ketika aku mengeluarkan bingkai itu dari balik kantong plastic hitam, teman-temanku semua menertawakanku. Aku menjadi marah, malu dan ingin menangis rasanya. Aku benci menjadi yang berbeda. Aku ingin seperti mereka kebanyakan. Hanya bingkai bamboo saja. Tanpa motif.
Tapi, betapa terkejutnya aku, ketika Bu Guru datang, dan justru memuji bingkaiku yang bermotif bunga-bunga. Teman-temanku yang tadi menertawakanku jadi terdiam ketika bingkai bunga-bungaku dipamerkan Bu Guru di depan kelas. Seketika, aku merasa percaya diri, dan begitu bangga pada ayahku. Bahwa ayah benar! Bingkai Motif bunga-bunga, memang lebih baik, meskipun aku berbeda dengan yang lain.
Mungkin kala itu, aku belum bisa mengambil pelajaran dari kisah bingkai motif bunga-bunga itu. Tapi, kini, jika mengenangnya, aku jadi tersenyum. Kisah ini memberiku begitu banyak pelajaran. Bagiku!
Bahwa ketika kita memiliki differensiasi, maka, kita memiliki potensi sukses lebih besar! Orang-orang sukses itu, adalah mereka yang mampu keluar dari “orang-orang kebanyakan”. Ketika mereka terus ber-inovasi dalam hidupnya. Menjadi berbeda (dalam konteks kebaikan), bukan sesuatu yang memalukan, tapi sebaliknya, justru akan membuka peluang-peluang yang lebih besar untuk kita. Mungkin, dalam bahasa sederhananya, lebih kreatif dalam hidup, kali yah? Mereka yang tak khawatir akan menjadi bahan tertawaan. Mereka mau menjadi yang berbeda. Dan, sungguh, ketika dia menjadi yang berbeda itu dalam kebaikan, dan ketika kebaikan itu diikuti banyak orang, maka ia telah menanamkan investasi bagi dirinya dan kehidupannya.
be continued...^__^
bingkainya yang kayak digambar to ya?....bagusss
ReplyDeleteehehehe...ndak koq...
ReplyDeleteitu searching2 ajah..
keh..keh..keh..
:D
bingkainya lucuu, jadi kepengen
ReplyDeletehehehee :D
wedeeeh...ini bukan bingkas saya mba..hehe
ReplyDeletetrima kasih kunjungannya mba...
wow keren banget :D
ReplyDeletethanks infonaya,,
ReplyDeletejd ada ide buat bingkai alat peraganya...
mohon kunjungan ke blogq juga..
aq baru belajar juga..
salam kenal..http://sriwahyunisam.p.ht/2013/04/the-best-way-to-enjoy-jakarta/
thanks..
ReplyDeletejadi ada ide buat bingkai alat peraganya..
z baru belajar buat blog..
silakan berkunjung
http://sriwahyunisam.p.ht/2013/04/the-best-way-to-enjoy-jakarta/