Nila di Ujung Selokan
Hmm…sedikit menceritakan soal ikan-ikan di Tabekku. Hihi. Jadi begini, sore ini aku hendak mengambil lengkuas untuk bikin gulai, di halaman rumah (hehe, ini enaknya punya toga di halaman. Jika butuh, tinggal ambil doang. Segar…bebas pengawet..terjamin kualitasnya. Dan, tak perlu materia medica dalam pengolahan simplisianya. Hihi. Karena tak perlu dibentuk simplisia. Keh..keh.keh…:-D). Jadi, aku melewati bak antara (hmm..klo di industry farmasi, ini mah istilahnya tempat penyimpanan produk antara dan produk ruahan. Hihihi). Jadi, bak antara itu adalah semacam bak pemisah antara tabekku dengan saluran pipa air menuju tabek tetangga. Nah, di sana, ternyata ada seekor nila yang tengah berusaha melawan arus. Rupanya nila itu kesasar di bak antara yang sama sekali tidak diperuntukkanuntuk ikan melainkan untuk saluran air saja.
Aku terkesima beberapa saat memandangi si nila itu. Ia, berenang secepat aliran air sehingga tak terbawa arus aliran air. Ia masih terus..dan terus berupaya agar ia tak hanyut terbawa arus. Ia tak berenang-renang dengan santai laiknya ikan dalam akuarium. Tapi, ia terus...dan terus berjuang melawan arus itu! Subhanallaah…
Hari ini aku dapat plajaran tentang kesungguhan itu dari si nila ynag nyasar di bak antara. Si nila yang berusaha untuk terus melawan arus….terus berjuang. Seeokor nila yang tak dibekali oleh Allah akal saja, mampu berjuang dan bertahan sedemikian rupa, lalu bagaimana dengan diri kita yang dikaruniakan Allah kesempurnaan? Kemampuan berpikir…dan hati. Bukankah semestinya, kita harus lebih tegar menghadapi gelombang kehidupan ini?
Lihatlah seekor nila yang terus menerus berjuang itu. Lalu, pandangilah diri kita. Yang mungkin begitu mudah menyerah. Begitu gampang putus asa. Begitu…mudah lelah. Padahal, ujian-ujian yang Allah berikan itu pun sesuai kadar kesanggupan hamba-Nya. Jikalah ada alat semacam HPLC (baca Hewlett Packard Liquid Chromatography…hihihi...gak ding! Ngaco! Maksudnya High Performance Liquid Chromatography) yang bisa mengukur kadar kesanggupan kita hingga kadar terkecil seklaipun, maka sesungguhnya beban yang Allah berikan tentulah masih berada pada nanometer gelombang yang dapat terdeteksi oleh alat itu. Jika saja. Namun, tentu saja alat detector yang mampu mengukur kesanggupan manusia itu tidak ada. Tapi, bukankah Allah telah menjaminnya?? Siapakah yang lebih menepati janji melainkan Allah?
Nah…nah…, Fatheruu….., tak ada alas an untuk menyerah!
Hayuu….jika kamu mau, kamu PASTI BISA! Do the best!
Patah….kalah….dan terjatuh…bukan hal yang perlu diratapi.
Dirimu pandangilah rerumputan itu. Sebanyak apa orang-orang yang menginjak-injaknya, memangkasnya, me-round-up nya, tapi lihatlah…dia tetap tumbuh…dan terus tumbuh. Meskipun sempat patah, layu dan terinjak, tapi ia tak punya alas an untuk tetap layu. Dia tetap bangkit. Dia tetap tumbuh. Lalu, kenapa tak belajar dari sang rerumputan itu?
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked