Cuap-Cuap Spechless

Hari ini ada kejadian yang cukup menggelitik... Hee, mungkin memang diriku yang tidak berilmu. Ya, memang diriku tak berilmu... Nah, anggap saja ini cuap-cuap seseorang tak berilmu, yang sedang belajarr. Boleh yah? Heuu.... Trima kasih Bloggie, sudah bersedia mendengarkan semua cerita-ceritaku....

Seperti biasa, Bloggie. Aku adalah orang yang suka protes. Hee... Apalagi jika aku punya sesuatu alasan dan data ilmiah yang bisa kupertahankan. Ya, setidaknya bagiku : BENAR atau BELAJAR dari KESALAHAN... Jadi, aku tetap akan utarakan itu. Jika benar, semoga ada manfaat yang kita peroleh ke depannya bersama-sama. Dan jika salah, maka aku akan belajar dari kesalahan ini. Ya, karena tak semua kita tau. Sebab, tak semua kita punya ilmu. Lantas, alasan apakah yang membuat kita merasa paling benar? Iya tho?!


Nah, ini kisah diskusi (semoga bukan sebuah perdebatanku) dengan seorang dokter, ketika resepnya kuprotes. Kuprotes bukan dengan cara "Heh, Buk Dokter, koq ngasih ini dan yang ini sih. Ini kan bla...bla..bla...". Bukaaan, bukan dengan begitu! Tapi, dengan cara bertanya, "Bu dokter, koq seperti ini? Kalo yang ini bagaimana? Bisa tidak Bu Dokter?!"

Lantas, si dokternya langsung dengan agak sedikit emosi dan setelah beberapa basa-basi, ngomong (lebih kurang intinya begini, tapi dengan redaksional yang berbeda)
"Saya paling tidak suka diintimidasi dan diintervensi! Memberikan resep itu kan seni. Jika saya memberikan obat A, bisa jadi dokter lain akan memberikan obat B." Bla...bla....bla...., yang mengungkapkan ketidaksukaannya jika dia diprotes. Ya, aku tahu, memberikan resep adalah seni, tapi aku hanya ingin tahu, mengapa dia memberikan yang ini? Sedangkan obat yang lain itu juga tidak salah?

Sebenarnya aku bisa memaklumi. Tak banyak orang yang bisa berlapang hati menerima kritik. Tapi, aku bukannya mengkritik. Toh aku bertanya. Dan aku juga sudah mengumpulkan data ilmiah (cieee...) untuk itu, dan aku juga punya latar belakang disiplin ilmu di bidang obat. Jadi, apakah salah jika aku bertanya?

Hanya saja, ini memang adalah gambaran betapa di banyak pelayanan kesehatan, dokter seolah-olah memegang otoritas penuh. Padahal, ada banyak paramedis lain yang dilibatkan. Apakah dokter tahu segalanya? Apakah memang benar ilmunya seluas itukah? Benarkah? Dalam 5 tahun saja, bisa tahu segala-galanya? Sejujurnya, aku tidak percaya. Banyak juga yang tak mereka tahu (heuu...farmasis juga memang tak banyak tahu juga. Aku bukannya mau bilang farmasis lebih tahu. Farmasis bahkan juga tak lebih tahu. Mungkin jauh lebih tak berilmu. Tapi, bukan berarti juga dokter tahu segalanya kan yah?).  Mengapa banyak dokter itu menutup diri dari segenap saran, dan selalu merasa paling benar? Mengapa tidak berlapang hati dan terbuka terhadap tenaga medis lainnya padahal kita dibesarkan di ranah ilmu yang memiliki spesifikasi masing-masing. Tak semua pelajaran nurse diplajari dokter. Dan juga tak semua plajaran farmasi diplajari oleh dokter. Begitu pula sebaliknya. Lantas, mengapa selalu merasa paling benar? Mengapa tidak bersedia sedikit saja mendiskusikan?

Kalo tidak salah, ada data yang menunjukkan bahwa sebagian kematian pasien (maaff, aku lupa sumbernya dari mana, jika sudah ketemu, insya Allah akan aku cantumkan di sini), disebabkan oleh medical error, alias KESALAHAN OBAT! Jika farmasis tak diberi ruang untuk berdiskusi dengan dokter, dan farmasis hanyalah sebagai penyedia obat saja, apakah akan terus dibiarkan kondisi ini terus begini?
>,<

Hmm...mungkin memang benar dokter lebih tahu, dan mungkin memang benar farmasis indonesia masih terengah-engah menuju 'revolusi'nya. Tapiii, jika dokter tetep kekeuh untuk mempertahankannya tanpa mau sedikit lebih terbuka, atau berdiskusi dengan awak medis lainnya, dan tetap pada 'otoritas'nya itu, aku percaya, yankes indonesia pasti takkan pernah optimal. Bukankah yang lebih diperlukan itu adalah sinergi antara semua unsur yang terlibat, bukan hanya dokter saja? Kenapa kekeuh dengan obat tertentu atau merek tertentun (di beberapa case, bukan case di atas)?  (--> jika sudah begini, maka perlu dipertanyakan motif di belakangnya. Ada 'main' di belakang, mungkin!)

Sejujurnya, ini semakin menggerus kepercayaanku pada dokter. Maaf, Kali Ini Aku Sulit Mempercayai Dokter. Sungguh. Huhu, maaf! Aku juga tak sedang men-judge semua dokter seperti itu. Bukan terhadap semua dokter sih. Banyak dokter yang bersedia berdiskusi dan terbuka dengan sesama awak medis lainnya... Tapi, banyak kejadian seperti ini yang kualami sejujurnya membuatku sulit untuk percaya. Barang kali ini karena memang aku yang tak berilmu, sehingga bisa bilang begitu. Ya, aku akui, memang aku masih miskin ilmu... Oleh karena itu, aku mohon maaff, dan aku mohon kiritik, masukannya buatku. Okeh...

Ini semua juga semakin membakar semangatku untuk mempelajari Clinical Pharmacy. Aku ingin menjadi bagian dari farmasist klinis! Insya Allah aku takkan berhenti untuk 'protes' beserta data ilmiahnya. Hee.... Karena bagiku sekali lagi, jika apa yang kusampaikan itu adalah benar adanya, semoga menjadi perbaikan bagi kita semuanya ke depan. Jika salah, aku akan belajar dari kesalahanku itu. Aku akan belajar dan aku akan mengerti 'mengapa'nya. Bukankah tidak semua yang kita tahu, kan yah? ^^

Maaff, jika aku salah, mohon diingatkan yaah... Maaf juga, kalo aku sempat menyinggung siapa pun dengan protesku kali ini....
Aku dengan sangat senang hati menerima masukan dan imu dari siapapun...^^

3 comments:

  1. Uni... Terharu membaca ini. Bukan tentang substansinya, tapi tentang bagaimana uni tetap berusaha menahan segala emosi agar tidak menyeruak liar dalam sebuah tulisan. Ang rasanya bisa merasakan bagaimana bara masih membakar ketika Uni menulis, tapi Uni tetap jaga agar tidak kemudian menjadi api besar dan melalap semua hal, apalagi hati Uni sendiri.
    .
    Uni, kata sebuah quote:
    "Jangan pernah bersedih ketika orang-orang menikai hidup kita rendah karena sejatinya kemuliaan tidak pernah akan tertukar"
    .
    Tetap semangat dalam menyampaikan kebenaran dengan cara yang benar, tetap juga bersemangat dalam belajar dari setiap kesalahan.
    .
    Rinduuu Uni sangat!
    -Ang-

    ReplyDelete
  2. Ulang.. ulamg.. ada yang salah ketik..
    "Jangan pernah bersedih ketika orang-orang memaknai hidup kita rendah karena sejatinya kemuliaan tidak pernah akan tertukar"

    ReplyDelete
  3. Ang sayaaaang...
    hwaaaah, terharu bgt....
    syukron Ang... :)

    sukaaaa bgt quote nyaaa....
    boleh di co-pas yah Ang... :)

    Ang, uni puuun, rindu sangaaaattt
    smoga Allah segera pertemukan kita yaah Ang sayang....
    salam buat Aa' dan Si Dede' yaah :)

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked