Ada azzam, insya Allah ada jalan! |
Di kala masih kecil-kecil dahulunya, kita
sering ditanyai tentang cita-cita. “Nak, kalau sudah besar,nanti cita-citanya
apa?” dan jawaban yang kita berikan relative hampir sama, yaitu jika bukan
dokter, pastilah guru atau pun polisi. Ada
juga pilot. Ini adalah cita-cita yang generic, alias banyak disebutkan oleh
anak-anak TK maupun SD. Sebab, dokter, polisi, ataupun guru adalah profesi yang
paling sering dijumpai dalam kehidupan dunia kecil anak-anak. Sedangkan pilot, juga
adalah hal yang menarik bagi anak-anak karena pilot bisa terbang setiap saat. Dan,
dalam dunia imajinasi anak-anak, terbang adalah hal yang sangat menyenangkan.
Hehe, mungkin ini juga yang aku pikirkan dahulunya… Jika pun ada cita-cita yang
lain, itu mungkin karena profesi ayah ibunya. Contohnya, seorang anak
pisokolog, cita-citanya pun ingin jadi psikolog.
Akan tetapi, ketika sudah besar, ketika
banar-benar dihadapkan pada kenyataan hidup yang sesungguhnya, mungkin hanya
sedikit sekali yang kemudian menjadi apa yang mereka cita-citakan. Banyak dari
teman-teman SD-ku yang di pelosok kampung itu dulunya yang bercita-cita ingin
jadi dokter, tapi tak satu pun yang kemudian menjadi dokter. Tak satu pun.
Banyak juga yang bercita-cita jadi polisi, tapi juga tak satupun yang menjadi polisi.
Ada juga yang
bercita-cita jadi guru, akan tetapi hanya satu orang yang menjadi guru honor di
sebuah SD. Aku sendiri, dahulu bercita-cita jadi insinyur pembangunan (baca :
arsitek), akan tetapi malah jadi apoteker. Yang lebih menyedihkan, banyak yang pada
akhirnya terpaksa harus menghadapi kenyataan dengan menjadi buruh tani, dan
lain sebagainya…
Entah karena kita diajarkan untuk
bercita-cita tinggi, atau entah para tetua yang tiada realistis dalam mengajari
kita dalam bercita-cita. Entahlah… Tapi yang jelas, banyak dari cita-cita itu
hanyalah sebuah cita-cita saja. Hanya sebagai pelengkap tanya ketika masih
kanak-kanak dahulunya… Akan tetapi, pada akhirnya kenyataan hidup membawanya
pada kehidupan yang berbeda.
Kemarin, aku menyaksikan sebuah tayangan
anak-anak. Ketika ditanya apa cita-citanya, salah satu dari anak-anak tersebut
menjawab, “cita-citaku, ingin jadi tukang angkat sampah.” Ketika ditanyakan
kembali “Mengapa demikian?”, ia menjawab, “karena tukang angkat sampah akan
menciptakan kebersihan di lingkungan sekitar. Jika tak ada tukang sampah,
pastilah bumi ini menjadi kotor.” Ck…ck…ck….sebuah jawaban yang menakjubkan,
menurutku. Sebab, banyak yang kemudian menjadi tukang angkat sampah bukan
karena cita-cita, melainkan karena memang tak punya pilihan lain atau karena
terpaksa harus memilih pekerjaan itu.
Ini semua mengajariku tentang realistis
dalam bercita-cita. Ya, memang tak ada kata tak mungkin ketika kita pancangkan
azzam untuk bercita-cita tinggi. Setinggi angkasa membumbung. Akan tetapi, juga
harus tersedia ruang ke-realistis-an untuk itu. Akan tetapi, yang PASTI, Allah
takkan sia-sia kepada hamba-Nya. Selagi ada kekuatan tekad, selagi ada ikhtiar
yang sungguh-sungguh, Dia pasti akan bukakan jalannya…
Hayuuu, tetap bersemangat yaaah!
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked