Masya Allah, betapa luar biasanya ciptaan-Nya. Mempelajari fisiologi menjadi sesuatu hal yang amat sangat menarik bagiku… Karena, belajar fisiologi, adalah belajar tentang penciptaan yang Maha Sempurna… Maka, belajar fisiologi juga adalah belajar tentang sebuah kesyukuran, bahwa diri kita diciptakan-Nya dengan sebuah penciptaan yang begitu indah, sehingga memang tak lagi pantas bagi diri kita untuk tidak mensyukurinya. Maka, ketika Dia bertanya, “Maka nikmat Tuhan mana lagikah yang engkau dustakan?”, sungguh setiap kita tak pernah punya jawabannya, sebab begitu indah dan sempurnanya. Sempurna. Dan sungguhlah sempurna! Sungguh, Maha Agung dan Maha besar Allah…
Kali ini aku ingin berbagi tentang hati. Ya, tentang hati. Di antara semua organ, hati adalah organ yang paling mengalami regenerasi sel. Berbeda dengan jantung dan sel saraf. Sekali mereka mengalami kerusakan, maka jangan harap akan ada regenerasi sel menjadi seperti semula. Makanya, perlu sekali dijaga makanan kita, agar tak sampai merusak organ vital tersebut semisal gagal memberikan asupan oksigen dan nutrient-nutrien penting sehingga mengalami yang namanya iskemia.
Sel hati berbeda. Ia ibaratnya pabrik, di mana segalanya diproses di sini. Mulai dari ‘yang baik-baik’ semisal nutrisi tertentu, dan vitamin tertentu, hingga ‘yang jahat-jahat’ semisal toksin atau racun, semuanya diproses (baca : dimetabolisme) di hati. Hatilah yang menjamin tubuh itu dalam kondisi baik-baik saja dan dengan segera pula mengenyahkan segala yang akan mengancam keberlangsungan hidup…
Mengapa arak itu dilarang dan sifatnya haram? Karena kemanfaatannya jauh lebih sedikit dari mudhoratnya. Arak (alcohol) adalah penyebab utama kegagalan hati, yang kemudian berkembang menjadi perlemakan hati. Untuk si hati, alcohol adalah sebuah musuh nyata karena alcohol mendestruksi alias menghancurkan si hati sehingga terjadi perlemakan yang di kemudian hari menyebabkan sirosis. Sirosis adalah sebuah penyakit mematikan. Jika tidak dengan transplantasi hati, maka sirosis sulit untuk disembuhkan. Hanya bisa diperlambat progresivitas penyakitnya saja.
Hati sehat vs hati yang trekena sirosis |
Hal yang paling menarik untuk kubahas di sini adalah tentang hati yang dengan segera melakukan perbaikan. Ketika tubuh mengalami sebuah ketidakseimbangan, katakanlah sebuah masalah, tubuh kita yang sungguh amat sangat cerdas ini akan segera melakukan kompensasi dan perbaikan-perbaikan agar segalanya kembali berjalan dengan baik. Mekanismenya sungguh luar biasa cerdas. Sungguh, Maha Cerdas lah penciptanya. Akan tetapi, paparan yang progresif, yang terus menerus, suatu saat akan menjebolkan pertahanan hati. Meski demikian, hati masih tetap berupaya untuk melakukan kompensasi-kompensasi sebisanya. Pada suatu saat ia kehilangan fungsi, ketika paparan dan kerusakan itu jauh lebih banyak dari pada sel hati yang melakukan perbaikan… sehingga yang terjadi justru jaringan parut yang membuat hati itu mengeras dan bernodul-nodul.
Dari kisah ini, ada sebuah pelajaran yang ingin kupetik. Tentang hati. Bukan hati di atas. Tapi tentang ruhiyah dan qalb. Seperti halnya hati organ, sungguh ketika terjadi sebuah paparan-paparan dosa padanya, akan ada upaya perbaikan dan ‘warning’ di dalam hati kita. Sungguh, dosa itu adalah sesuatu yang membuat hati kita resah, tidak tenang dan gelisah, kendatipun semua orang membenarkannya. Inilah sebuah fase regenerative hati. Ketika fungsi dari qalb itu sendiri masih baik, maka ia akan segera melakukan regenerasi dengan me-warning sesegara mungkin. Jika kita mengabaikannya, dan membiarkan paparan-paparan dosa yang progresif itu maka, akan tiba masa di mana hati kehilangan fungsinya. Ia tak lagi bisa menyaring sebuah kebenaran dan kebathilan. Ia tak lagi bisa melaksanakan fungsinya, dan na’udzubillah, tibalah masanya ia mengeras, dsan sulit beregenerasi… Hati yang penuh dengan nodul-nodul yang tak lagi menjalankan fungsinya.
Ah, sungguh ampunan-Nya atas nodul-nodul dosa yang kita ukir di hati kita jauh lebih progresif dari pada beregenerasinya sel hati. Sungguh, ampunannya adalah seluas-luasnya bentangan. Lalu, apakah kita akan membiarkan hati kita semakin bernodul dan semakin ber-fibrosis sementara Allah senantiasa menyediakan luasnya keampunan-Nya?
Sungguh…
Ah, sungguh, sehalus-halusnya kehinaan di sisi-Nya, adalah dengan tercerabutnya kedekatan dengan-Nya. Dengan semakin menurunnya kualitas dan kuantitas ruhiyah. Astaghfirullaah… Ampunkan hamba-Mu ini ya Rabb…
Semoga ini menjadi sebuah pelajaran berharga, bagiku dan terutama ditujukan untuk diriku sendiri. Juga untukmu… Ingatkan aku, ketika aku lalai…
_________________
Sumber gambar : di sini
Sumber gambar : di sini
rahmat firdaus sangat menyukai ini.
ReplyDelete*btw, buruang warna biru yg tabang-tabang ko kadang nyo hinggok di tulisan. takalam urang mambaco. diusia ndak namuah. ndak do kandangnyo, fathel?
:D
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete