Saf Anak-Anak dalam Sholat Jama'ah


Hmm…aku hanya ingin berbagi sedikit pengalaman. Semoga bermanfaat. Beginii, di suatu maghrib, aku beserta seorang ibu-ibu menjadi masbuq. Nah, shaff yang terisi waktu itu di bagian perempuannya adalah hanya shaff depan saja. Lalu, sebelum aku dan si ibu itu ikutan sholat jugah anak-anak yang telah memenuhkan shaf itu, oleh si ibu disuruh mundur. Lalu, si anak yang tengah melaksanakan sholatnya akhirnya menghentikan sholatnya dan mengikuti kemauan si ibu untuk mundur.

Dalam perjalanan pulang, aku jadi mikir-mikir mengenai tindakan si ibu tadi. Hmm…, bukan sekali dua kali aku menghadapi kejadian macam niii. Dan, bukan pula di satu mesjid, di satu daerah. Tapi, diberbagai tempat. Katanya, anak-anak itu akan menghalangi sahnya sholat karena shaf nya terputus. Karena anak-anak belum baligh.

Aku ga’ tau soal tinjauan fiqih nya mengenai putusnya shaff jika ada anak-anak di antara dua orang dewasa (jika ada yang tau…tafadhol, berbagi ajah….). dan lagi, aku ga berkafaah mengenai hal ini. Yang diriku pernah dapat plajaran, sholat ga’ boleh diputus kecuali kalo benar2 emergency yang dibolehkan seperti jika ada bahaya yang mengancam jiwa, atau kalo wudhu’nya batal. Ga’ tau deeh, kalo saf anak-anak jugah ikut membatalkan sholat jama’ah. Sejauh ini aku belum pernah dengar. (hmm…, makluum, ilmuku masih-masih sangat miniiiim sekaliii.)

Dan lagi, dalam sholat jama’ah kan sudah RAsulullaah berikan pedoman kan yah?
"Nabi SAW mengatur shaf laki-laki dewasa di depan shaf anak-anak dan shaf perempuan di belakang shaf anak-anak." (HR. Muslim).

Jika memang demikian, kenapa ga ikut apa yang Rasulullah contohkan saja, tho?? Missal niih yaah, si bapa pengurus mesjidnya membuat kebijakkan bahwa shaff terakhir di bagian laki-laki dikhususkan untuk anak-anak, dan shaff terdepan di bagian perempuan jugah dikhususkan buat anak-anak perempuan. Baru shaf kedua atau ketiga dan seterusnya untuk ibu-ibu. Agar gak ada lagi penarikkan paksa anak-anak yang harus mundur ke belakang.

Jika diliyat dari sisi lainnya, menurutku siiih (aku yang nyaris ga’ berilmu iniiiii, heee..), tindakkan menarik anak ke belakang, menyuruhnya berhenti sholat untuk pindah, merupakan tindakan yang kurang bijak. Sedikit banyaknya, pasti akan memberikan dampak kepada jiwa anak. Padahal, ini masa2nya bagi anak untuk mulai belajar. Mulai membiasakan sholat berjamaah. Bukankah anak-anak adalah plagiat paling hebat???

Satu hal lagi, kemauan si anak untuk ke mesjid itu, semestinya patut diapresiasi ditengah2 keinginan untuk bermain bagi mereka lebih mendominasi. Dikhawatirkan, ini malah menyurutkan semangat anak untuk sholat ke mesjid. Di pikiran polos mereka bisa saja terbentuk paradigma, “ Ahh, malas ahh ke mesjid. Masa’ siih, harus disuruh2 mundur terus. Lalu, kapan saya mau sholatnya?? Apa sholat hanya buat ibu2 yang udah besar ajah?” (heee…, waktu kecil dulu pun aku sering diperlakukan seperti ini dan aku pun jadi kesal dan protes seperti ini, waktu itu. Ini saking membekasnya di kepalaku niih. udah merasuk ke amygdale. Hehe, lebay! Tapiii, kata ayah, aku memang termasuk anak yang suka protes dulunya. Hihi.)

Aku…., hanya berharap semoga apa yang Rasulullah contohkan ini bisa diterapkan di masyarakat. Meskipun, buat ngomong langsung ke ibu-ibunya, aku..hm…aku belum cukup nyali. Setidaknya, aku belum menemukan cara yang pas dan paling ahsan (mungkin si ibu2 masih menganggap aku anak umur setahun jagung barang kali, hehehe). Paling, yang bisa kulakukan..yaah…menuliskannya di blog ini. Heee…

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked