Visite Experience (1)


Masya Allah, untuk pertama kalinya aku ikut ronde visite dokter, perawat, farmasis, ahli gizi dan fisioterapi di PKP kali ini. (karena yang 2 minggu pertama ini, aku dapet giliran di instalasi dan apotek sehingga ga berinteraksi langsung dengan pasien). Wah…, masya Allah, luar biasa. Tak terdefinisikan rasa ini lagiii. Hehe. (Waah…, kalo seperti ini terus, insya Allah aku bakalan betah niih, di sini. Hee. Insya Allah 6 minggu ke depan adalah hari2 penuh visite. Huffff…, akhirnyaaa, aku jadi menyukai semua pekerjaan ini. Alhamdulillaaah, kutemukan spirit itu!)

Aku, hmm…tentu saja visite di bangsal neuro yang pasiennya adalah pasien2 stroke. Masya Allaah. Aku benar-benar tak dapat definisikan rasa ini lagi. Sungguh, aku terharu. Benar-benar terharu. Ah, entah apa namanya. (mungkin karena aku memang selama ini ga pernah visite dan berkunjung ke Rumah Sakit pun tak bisa dibilang sering. (dulunya, aku siih sering jugah menyaksikan kondisi ini waktu sering ke M. Djamil. Tapi, kalo untuk visite yang lengkap begitu, yaaah…baru sekarang).

Satu pelajaran yang dapat kuambil, betapa berharganya dan betapa mahalnya ni’mat sehat itu. Sungguh amat sangat berharga. Sungguh merugilah orang-orang yang mengejar ni’mat harta melimpah untuk kebahagiaannya dengan mengabaikan kesehatan. Karena, sehat itu sendiri adalah suatu kebahagiaan. Coba bayangkan, ketika kita memiliki segalanya, harta yang melimpah, namun kita tidak bisa menimatinya. Ga boleh makan ini makan itu. Ga’ bisa jalan kesana-kesini. Ga bisa ngomong apa-apa. Manakah yang lebih bahagia ketimbang seorang penjual makanan kecil yang hidupnya amat pas-pasan namun ia masih bisa tertawa, masih bisa berjalan. Manakah yang lebih bahagia?

Maka benarlah bahwa ni’mat kesehatan itu adalah ni’mat luar biasa yang sering luput untuk disyukuri, termasuk diri ini. (Jika udah gini, kusarankan, kunjungilah rumah sakit. Hehehe…).

Di bangsal lain (yang kebetulan aku ga ikut visite ke sana) di jam yang sama juga ada pasien yang menghembuskan nafas terakhirnya. Masya Allaah, dahsyatnya maut. Dahsyatnya…. Menggigil aku mendengar kisahnya.

Sungguh, hari ini, rumah sakit ini, menciptakan muhasabah tersendiri bagiku. Subhanallaah. Sungguh, amat sementaralah kehidupan dunia ini. Sungguh. Di sini, aku merasakan begitu dekat dengan kematian. Mengingatkanku bahwa aku pasti akan mati. Sekarang, dengan cara seperti apakah aku inginkan ending kehidupan ini? dan sudahkah aku siapkan bekal untuk berangkat kesana?


كُلُّ نَفْس ٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (Qs. Al Ankabuut : 57)




Bangsal Neorologi, RSSN Bukittinggi 19 Maret 2010

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked