Visite Experience (2)


Visite lagi! Masya Allah…, selalu saja ada pengalaman luar biasa, dan selalu saja ada muhasabah jika visite begini. Maka, sesi visite adalah sesi yang sangat kutunggu-tunggu. (hehe, seperti yang sudah kubilang sebelumnya, alhamdulillaah, aku semakin “menikmati” PKP ini. Sungguh, begitu banyak pelajaran yang bisa diambil dari visite).

Seperti visite yang sebelumnya kulalui, bangsal yang sama, bangsal neuro, dimulai dengan melakukan evaluasi pasien. Masya Allah, aku…aku…sungguh tak dapat menahan tangis lagi, meski harus kusembunyikan. Yang terbayang di kepalaku adalah, bagaimana jika yang terbaring sakit itu adalah diriku? Tergeletak begitu saja. makan, mesti harus disonde (NGT) yang makanannya langsung di masukkan ke lambung. (Padahal enaknya makanan itu di mulut yaaah?). Jika mau buang air, ke pispot. Ga bisa jalan. Ga bisa menikmati indahnya alam. Ga bisa ngapa-ngapain. Sungguh, -sekali lagi--, betapa amat sangat berharganya nikmat kesehatan. Ia adalah asset yang amat sangat tak ternilai.

Barang kali, aku kelihatan agak sedikit norak. Heee… Kaya’ sekali-kali liyat orang sakit ajah! Tapiiii, sungguh..kemudian aku belajar bahwa sensitivitas (hati) itu bisa saja perlahan akan tereduksi dengan suatu ke-istimroriyah-an. Bisa saja seorang dokter, perawat de es be memandang itu semua adalah hal yang biasa saja karena memang melihatnya setiap hari. Tapiii, sebenarnya poin utamanya adalah, bagaimana kita mengasah sensitifitas (hati) itu untuk melihat dari sisi lain yang barang kali akan memberikan pelajaran berharga buat diri kita, sesering apapun kita melihatnya. Setidaknya, untuk meng-up date rasa syukur kita bahwa Allah masih mengkaruniakan nikmat berharga bernama kesehatan untuk diri kita.

Di sini aku juga belajar tentang kesetiaan…

Hmmm…dari sekian banyak pasien yang di-visite, aku tertarik pada salah satu pasien. Umurnya masih muda. Hanya satu tahun di atasku. Tapiii, di umurnya yang masih 24 tahun itu, ia telah menderita stroke dan hipertensi. Itu terjadi, 6 hari setelah dia melahirkan. Di sampingnya, suaminya yang setia menemani. Aha, subhanallaah, aku kagum pada kesetiaan laki-laki itu, di saat begitu banyak orang-orang yang rela melepas akad sacral itu karena permasalahan yang bahkan sepele.
Stroke menimbulkan kematian sel otak pada bagian yang diserangnya. Dan sel otak adalah satu-satunya sel yang tidak mengalami regenerasi sehingga pada umumnya stroke menyebabkan cacat seumur hidup. Dan, hal itu bisa saja terjadi pada sang wanita. Tapii, sang suami tetap setia menemani. (hmm…., sepertinya ada banyak orang yang perlu belajar dari suami si wanita itu. Belajar tentang kesetiaan)

Juga tentang semangat!

Aah, apa yang terpikir olehmu tentang seorang nenek umur 75 tahun? Tua, pikun, dan segalanya harus dibantu?
Hmm…tidak selalu. Nenek ini adalah salah satunya. Sejak awal berkenalan, aku sudah “jatuh cinta” pada si nenek. Pada semangatnya. Pada enerjiknya. Pada canda-candanya. Aaah, kau terlalu bersemangat, Nek! Dan, aku sangat menyukai itu. Waktu kutanya, berapa umurnya, beliau menjawab dengan penuh semangat. “Waaah, saya masih muda nak! Baru 75 tahun!”. Aah, terima kasih Nek, atas semangatmu, yang tertular padaku. Hehe…

Bahkan tentang olah raga!

Rasulullah telah wasiatkan agar umat ini juga melakukan olah raga. Di antara olah raganya yang dianjurkan adalah berkuda, memanah dan berenang kan yaaaah? Akuu…, hehe…, kadang-kadang sering berdalih, “Aaah…, ke Unand itu adalah salah satu olah raga kan yaaah??” hehehe. Maklum, kampus di puncak bukit begituww. Kalo akhwat se-wisma pada senam, aku seing lebih memilih duduk di depan kompi, atau ikut sebentar doang! Waduuuwwhhh…. Tapiii, kemudian, aku menyadari, betapa pentingnya olah raga ituuu. Di rumah sakit ini, aku semakin sadar akan pentingnya olah raga! Olah raga untuk antisipasi hipertensi maupun diabetes.

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked