Pertemuan Ruh di Chamber Jiwa

Ruh-ruh di alam jiwa....
Masya Allah….aku benar-benar seperti ditarik magnitnya akhowat tersebut. Untuk pertama kalinya aku merasa benar-benar keki di hadapan seorang gadis kelas 3 SMA dengan jilbab panjangnya yang rapi. Dan kali ini, aku merasa…frekuansi emosinya dapat mencapaiku. Kami berada pada gelombang emosi yang sama. Masya Allah. Benar-benar amat sangat kompetibel. Dan, sungguh,aku dengan ke-mendominasi-anku kini tiba-tiba saja merasa begitu keki. Tidak! Kesamaan frekuansi itulah yang tak dapat mendominasi.

Masya Allah…ia begitu menarik. Cerdas. Kecerdasannya memesonaku. Aku selalu terpesona dengan sosok-sosok cerdas yang berlandaskan power ruhiyah. Bukan hanya cerdas secara intelektual, tapi juga secara ruhiyah. Aku memang terpesona pada sosok-sosok demikian. Tapi kali ini ada hal lain yang lebih memperkuatnya. Bahwa ruh-ruh kami pun saling bertemu. Dan, ketika kali pertama bersua pun, aku sudah begitu tertarik padanya. Rasa kami adalah refersibel. Timbal balik. Karena kami, berada dalam range frekuensi emosi yang sama.

Ketika itu aku sedang duduk di pelataran mesjid. Angin bukit membelai jilbabku. Ini adalah suasana yang sangat menyejukkan bagiku. Tiba-tiba ia datang menghampiriku. Mengulas sebingkai senyum. Dalam sejenak saja, kami terlibat perbincangan seru…. Sungguh, seperti telah lama mengenalnya.

Aah…jiwa…
Tidak perlu bertanya mengapa jiwa memilih. Sebab, ini sudah disinyalir oleh Sosok Sempurna Rasulullaah berabad-abad silam… “Jiwa itu ibarat prajurit yang berbaris. Yang saling mengenal pasti akan saling melembut dan menyatu. Sedang, yang tidak saling mengenal pasti akan terpisah dan berbeda.”

Kedekatan dan cinta dalam media apapun itu, baik persahabatan, cinta, kelompok atau apapun itu tak pernah dapat dipaksa. Tak pernah. Se-ekstrem apapun chamber yang kita buat. Jiwalah yang kemudian memilih, sesiapa yang “dikenal”nya. Sejauh apapun jarak, pun ketika sebelumnya ada sosok-sosok asing bagi kita, tapi ketika ruh-ruh itu telah bertemu di alam jiwa, maka dengar segera akan dapat saling mengenali. Mungkin dengan takjub kita berkata, “Wah, seperti sudah lama mengenal yah?”. Karena ruh-ruhnya telah saling bertemu terlebih dahulu.

Pun begitu halnya dalam ikatan sacral yang begitu kuat, mitsqan ghalidza. Bahwa ia menyaratkan adanya kesesuaian ruh. Adanya kesesuaian jiwa. Dan, kemudian jiwalah yang memilih….mengapa yang ini, bukan yang itu. Hanya saja, tak cukup dengan itu saja. Ada kekuatan adidaya yang MAHA POWER, yang Maha membolak-balikkan hati. Ditangan-Nya lah terletak segala keputusan. Maka, apapun itu, komunikasikanlah pada-Nya.

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked