Hadiah Akhir Tahun

“Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Ia ditakdirkan menjadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.


Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutan. Setelah itu kembali tenang : seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah. Ia ditakdirkan menjadi makna paling santun yang menyimpan kekuatan besar.


Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa menari disekitarnya saat ia mengunggun. Atau berteduh saat matahari membakar kulit bumi. Atau meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah, kota-kota, hutan-hutan. Dan seketika semua menjadi abu. Semua jadi tiada.”
(Ust. Anis Matta, 2009)


Meski ini bukanlah sebuah kesalahan! Karena aku tidak pernah menghendaki kehadirannya. Aku tidak pernah meminta kedatangannya. Bahkan, jika boleh, aku justru ingin ia enyah saja! Tidak berlama-lama mendekam. Tapi, memang tidak pernah patut untuk dipersalahkan! Dan, jika memang aku persalahkan, sungguh, aku telah melawan arus gradient fitrah itu sendiri. Dan jika masih tetap dipersalahkan, itu artinya menisbikan anugrah yang Allah beri. Na’udzubillaah…

Jika pun ingin dipersalahkan, maka yang harus kupersalahkan adalah tindakanku! Saat kepanikan, dan saat logika tidak lagi berada di posisinya, saat itu pula tindak menjadi di luar kendali. Memang sangat rumit. Memang tak terjamah logika. Tak pernah terpikir, semua ini akan terjadi. Tapi, ia terjadi. Telah terjadi! Memang tidak salah! Sama sekali tidak salah. Tapi, aku sering kali merasa sangat menyesal, dan bahkan terkadang, terasa mengotori wasilah ini dengan tindakan yang bahkan aku tidak habis pikir, bagaimana bisa. Bagaimana bisa? Sepertinya, tidak ada lagi unsur logika yang bermain di sana. Ketika rasa menjadi otak! Bahkan, aku sering berpikir dengan logika sadarku, bahwa ini semua tidak masuk akal bagiku! Astaghfirullaah… astaghfirullaah…

Tapi, itulah hikmah sebuah kesalahan—jika ia memang pantas dihukumi sebuah kesalahan—barang kali. Bahwa dengannya kita belajar untuk menjadi benar. Dengan kesalahan kita belajar memperbaikinya. Bukan untuk menjadi yang sempurna, tapi hanya untuk menjadi lebih baik. Itu saja.

Ada banyak hikmah! Sungguh banyak hikmah dan pelajarannya. Maka ijinkan aku untuk memetik hikmahnya itu dan menuai sebanyak-banyaknya pelajaran dari sini. Aku tahu, bahwa tiadalah yang dimiliki manusia dhaif ini melainkan hanya keterbatasan-keterbatasan dan kekurangan-kekurangan di sana-sini! Hanya itu. Tak lebih. Tapi, aku menginginkan gerak fototrof…gerak yang menuju cahaya! Bukan fotofob, yang justru menjauhi cahaya! Aku tidak ingin semua ini malah menjadikanku semakin terpuruk dan terperosok jauh ke jurang-jurang kesalahan. Tapi, aku hanya ingin dengannya, menjadi sebuah pemantik, agar bisa lebih baik lagi! Sebab, kadang kita butuh terjatuh dulu, agar bisa bangkit lebih tinggi! Dan yang terpenting, agar lebih berhati-hati dengan segala tindak yang telah, sedang dan akan kulakukan! Bahwa harus ada rem iman, harus ada wara’, kehati-hatian tingkat tinggi itu, harus ada juga logika yang menyertainya. Tidak luapan rasa semata yang telah dengan pongahnya mengadali sang logika. Sebab jua, taqwa itu adalah kehati-hatian yang megatinggi! Bahwa ketika kita tahu, bahwa jalan ini memang benar-benar penuh dengan duri. Maka, memang tiadalah yang dibutuhkan melainkan kehati-hatian!

Memang begitulah adanya kita. Begitulah kedhaifan kita bicara. Ketika jauh dari lubuk hati kita menginginkan sesuatu yang idealita, sehingga benteng-benteng pertahanannya yang bernama keimanan akan berusaha untuk senantiasa siaga. Namun, kadang realita berbicara berbeda. Ia selalu punya residu! Ia selalu punya pengotor. Sulitnya adalah seperti sulitnya kita menemukan adanya unsur-unsur logam mulia. Karena selainnya, kita dibekali-Nya jua dengan potensi fujur itu. Perkara siapa yang menang, maka sungguh di sinilah kadar iman kita menjadi penakarnya, barang kali.

Tapi, aku percaya, setiap orang berhak untuk bermetamarfosis, seburuk apa pun ia di masa lalunya. Seburuk apapun sesuatu yang telah ia kerjakan. Bukankah Dia senantiasa membentangkan seluas-luasnya pintu keampunan-Nya? Maka, inilah saatnya untuk bermetamarfosis…menajdi lebih baik lahi, insya Allah…

Jika semua akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka biarlah segalanya menjadi milik masa lalu. Toh, siapapun dengan kendaraan apapun, secanggih dan mutakhir apapun, takkan pernah ada yang sanggup menjemput masa lalu. Hanya saja, aku tidak mau dua keli terperosok ke lubang yang sama. Aku ingin, membuka lembaran baru dengan semangat baru… Barang kali, ini juga hadiah dari Allah…di tahun hijrah kali ini. Semangattt baruuu! Be a new of me!!

Aku tahu, kita tidak akan pernah dapat melihat jendela hari depan di masa ini. Kita tidak akan dapat menebak apa yang akan terjadi di hari esok. Yang bisa kita lakukan adalah, menyerahkan segala urusan ini kepada Allah. Allah-lah yang memiliki hak maha veto untuk menetapkan segala apa yang akan terjadi pada diri kita. Scenario terindah dari-Nya. Memang! Tiadalah, selain benar-benar menyerahkan sepenuhnya urusan ini pada Allah. Dia Maha Mengetahui, apa-apa yang terbaik untuk diri kita. Untuk diri ini.

Satu dari sekian banyak plajaran yang kutuai kali ini adalah…tentang korelatif linearnya antara tindak nyata dengan kedekatan kita dengan-Nya. Ia sungguh adalah sebuah korelatif megalinear. Dan sungguh, memang tiadalah yang lebih tinggi dari pada ridha-Nya, meski diri ini sering lengah, sering lalai. “Jagalah Allah maka Ia akan menjagamu; jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya bersamamu. Bila engkau memohon sesuatu, mohonlah kepada-Nya; bila engkau meminta pertolongan, minta tolonglah pada Allah…” (HR. At Tarmidzi). “Jagalah Allah, niscaya engkau akan bersama-Nya. Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Ia akan mengenalimu di waktu susah. Ketahuilah bahwa segala perbuatan salahmu belum tentu mencelakaimu dan musibah yang menimpamu belum tentu akibat kesalahanmu. Ketahuilah bahwa KEMENANGAN BESERTA KESABARAN, KEBAHAGIAAN BESERTA KEDUKAAN dan SETIAP KESULITAN ADA KEMUDAHAN!
Be a New of Me!


Solok Selatan, Penghujung 1431 H… 
_sebuah kaledioskop akhir tahun_ 
_momentum hijrah, metamarfosis untuk menjadi lebih baik_

5 comments:

  1. Indah sekali mjdi seorang muslimah...^^
    Kesalahan menjadi ajang pbaikan diri...
    Sebagai seorang manusia, tak mungkin ada yang tak pernah salah..
    tp kesalahan bukan hanya untuk dsesali tapi
    Kesalahan menjadi percepatan peningkatan kualitas diri..Insya Allah..
    smoga Allah snantiasa mnuntun hati qt mjd pribadi2 yang sll mnuju cinta-Nya adeku sayang..:)
    Smangat piii....^^

    --

    ReplyDelete
  2. Indah sekali mjdi seorang muslimah...^^
    Kesalahan menjadi ajang pbaikan diri...
    Sebagai seorang manusia, tak mungkin ada yang tak pernah salah..
    tp kesalahan bukan hanya untuk dsesali tapi
    Kesalahan menjadi percepatan peningkatan kualitas diri..Insya Allah..
    smoga Allah snantiasa mnuntun hati qt mjd pribadi2 yang sll mnuju cinta-Nya adeku sayang..:)
    Smangat piii....^^
    --

    ReplyDelete
  3. Indah sekali mjdi seorang muslimah...^^
    Kesalahan menjadi ajang pbaikan diri...
    Sebagai seorang manusia, tak mungkin ada yang tak pernah salah..
    tp kesalahan bukan hanya untuk dsesali tapi
    Kesalahan menjadi percepatan peningkatan kualitas diri..Insya Allah..
    smoga Allah snantiasa mnuntun hati qt mjd pribadi2 yang sll mnuju cinta-Nya adeku sayang..:)
    Smangat piii....^^
    --

    ReplyDelete
  4. Indah sekali mjdi seorang muslimah...^^
    Kesalahan menjadi ajang pbaikan diri...
    Sebagai seorang manusia, tak mungkin ada yang tak pernah salah..
    tp kesalahan bukan hanya untuk dsesali tapi
    Kesalahan menjadi percepatan peningkatan kualitas diri..Insya Allah..
    smoga Allah snantiasa mnuntun hati qt mjd pribadi2 yang sll mnuju cinta-Nya adeku sayang..:)
    Smangat piii....^^
    --

    ReplyDelete
  5. unii..syukran yaah uni sayaaang....
    Pi cintaaa, Pi sayaaang banget sm unii...

    Amiiin...

    insya Allah Pi akan berusaha untuk itu un!
    METAMARFOSIS UNTUK MENJADI LEBIH BAIK!

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked