Tentang Faqih dan Hafalannya
Aku hendak menceritakan seseorang yang inspiratif sangatt niiih.
Ya…ya…ya…!?
Hee…
Ketika ada tekad se-Sumbar kemarin, aku melihat seseorang yang saaaangaaaat aku kenal, duduk di depanku agak ke kanan. Langsung aku sapa deh dengan spontaneous, “Faqiiih!”, dan tentu saja aku sapa ummi nya juga, Ummu Faqih. Wuihh…, sungguh, aku kangen sangat sama Faqih dan Uni. Bener-bener deh.
Namanya Muhammad Faqih. Kami biasa memanggilnya Faqih. Umurnya baru 5 tahun. Lincah. Keren dan juga ceria, khas anak-anak. Faqih lahir waktu kami masih kelas 3 SMA, hmm…sekitar pertengahan 2005. Sekilas, mungkin dia masih kaya’ anak-anak pada umumnya. Main pesawat-pesawatan. Main pedang-pedangan. Tertawa. Yaaah, namanya jugah anak-anak yaaah??
Tapiiii, Masya Allah…Sungguh luar biasa!
Ketika kutanya, “Sekarang Faqih lagi ngafal juz berapa?”
Dia tertawa. “Juz 29 yaaah?” tebakku.
Dia mengangguk. “Iya, ammah. Kemaren baru mulai juz 29.” Dia menjelaskan dengan gayanya yang anak-anak.
Subhanallaah…
Aku berdecak kagum.
Juz 29? Berarti juz 30 sudah kelar dong? Masya Allah…
Dan di umurnya yang 5 tahun dia sudah hafal juz 30. Waaah….subhanallah.
Ini mah langka bangeeeet yaaah? Yang ada di jaman sekarang adalah anak-anak yang lebih hafal nyanyi pop, rock atau jazz paling tenar. Dan, kebanyakan orang tua malah lebih bangga ketika anaknya bisa hafal banyak nyanyian di umur belia begitu ketimbang lebih banyak hafal ayat pendek.
Di umur 5 tahun, anak-anak jaman searang pada umumnya Cuma hafal 5-6 surat. Salah satunya, eih…salah tiga ding, hee… triple ‘qul’. Trus, do’a bangun tidur. Do’a mau tidur. Do’a mau makan. E te ce. Tapi Faqih, subhanallaah…, sudah masuk juz ke-2! Luar biasa!!
Semua ini memberi kita pelajaran bahwa sebenarnya bentukkan lingkungan itu saaaangaaaaat penting! Madrasahnya itu sangaaaaaat penting! Seorang Faqih bisa demikian, salah satu andil besarnya tentulah dibentuk dari seorang ibu yang juga berkualitas! Hoo…so pasti dong yah! Kualitas ibunya yang luar biasa! Ga mungkin kan yaaah, seorang anak yang ibunya biasa nonton gossip sepanjang hari dan mendengarkan lagu dangdut sepanjang malam (hee…lebay! Emang ga ada kerjaan lain apa??) akan menghasilkan anak yang kualitasnya sedemikian luar biasa? Masa’ siih, ibunya ngidupin kaset dangdut sehari semalam 24 jam (ya iyalah sehari semalam 24 jam. Heee… Maksudnya, saban pagi sampai malam, ngidupin kaset dangdut), anaknya bisa saja tiba-tiba hafal juz 30. Kan ga mungkin! Paling juga anaknya ikutan hapal lagu dangdut. Kan anak plagiat pualiiiiing ulung. Iya tho??
Yang aku plajari siih (hayyoo…di buku Fisiologi Manusia jugah ada tuuh. Hihi), bahwasannya bayi terlahir dengan serabut otak yang suangaaaaaaaadddh buanyaaaaaaak, namun belom terkoneksi satu sama lainnya. Jadiii, di masa perkembangan otak yang pesat itu (umur 0-6 tahun), seorang bayi akan “belajar” dari lingkungannya, dan di saat itulah koneksi antar serabut tersambungkan. Missal, ketika seorang ibu mengatakan, “Nak, kalo yang ini, Bunda!” kalo yang ini, “ayah!” berarti akan menyambungkan serabut syaraf di otaknya. Sel memorynya akan merekam, “kalo yang seperti ini, berarti “bunda”, kalau yang seperti ini, “ayah”, kalo yang seperti ini,”makan” kalo yang seperti ini, “tertawa.” Dan seterusnya. Itu artinya, sel-sel otaknya terus membangun koneksi satu sama lainnya.
Makanya, di umur segitu (hmm…golden age kaya’nya niiih. Heee.., ada ga yah istilahnyaaa begini??), anak adalah peniru paling hebat dan memiliki daya tangkap yang luar biasa! Nah, jika ini dimanfaatkan, maka insya Allah para orang tua dapat memberikan pendidikan terbaik buat anaknya. Apalagi, apa yang dialami si anak di masa emas ini, umunya akan tersimpan di “amygdale”nya di alam bawah sadarnya. Suatu saat, ketika dia bertindak spontaneous, maka yang akan keluar pertama kali adalah apa yang ada di alam bawah sadar. Lebih kurang begitu laaah.
(ngomong2, belajar fisman ini menyenangkan yaaah? Sungguh, betapa Maha Agungnya Allah yang menciptakan manusia dengan demikian kompleks dan sempurna.)
Jadiiii, intinyaaa…., inilah masanya kita “membentuk” calon pengusung peradaban, “pambangkin batang tarandam”, kalo istilah Minang nya kali yaaah??, para “Ar-Ruuhul jadiiid”, yang dimulai dari dasarnya, dari kecilnya. Insya Allah, anak-anak dengan kualitas Faqih pun akan banyak (ga langka lagiii) jika pola didik, pola asuh, ilmu pengetahuan, serta keimanan sang ibunya yang diperbaiki terlebih dahulu. Waaah…, alangkah kerennya negeri ini jika para calon madrasatul ‘ula nya di “bengkelin” duluuu (loooh?? Kok di bengkelin yaaah? heee…) di tarbiyah dulu, dididik dulu, sebelum mereka mendidik. Wah…wah…, omong2 kapan yaaah, pemerintah bisa ngatur ampe ke sini? Misalnya di bikin kek suatu “sekolah” khusus, gituuh… Hemm….Kapan yah? Hayyooo, kapaaaaaan?? Semoga saja, suatu saat nanti.
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked