Gerakkan IPK Tiga Koma!
Hmm…pembicaraan IPK,hoo..cukup sensitip niih. heee…
Ah, hayyuu kita bercerita mengenai IPK. Hoho, jarang2 loh diriku berceritera soal akademis2an beginiiiih. Hehe.
Hmm…, sebenarnya sudah lama aku pengin tuliskan soal ini. sejak jaman-jaman penelitian malah! Tapiiii, heee….momennya ga ada, jadinya ga berasa deh, kalo sekedar dituliskan sahaajaa. Hehe.
Sayang, aku baru menyadari bahwa menjadi “cerdas” itu sangat penting dikala aku tak lagi berniat memperbaiki nilai-nilaiku yang banyak jeblok. Hahay, terlanjuuuur! Hee…, ini bukan soal menakar isi batok kepala loh yaaah. Sebab, yang kuyakini adalah setiap orang Allah anugrahkan potensial otak yang nyaris sama. Letak bedanya adalah bagaimana ia menggunakannya dan bagaimana ia mempersepsi potensi itu. Iya tho?
Apakah cerdas itu linear dengan IPK tinggi? Hmmm…, aku siiih gak sepenuhnya percaya hal ini, walaupun sebenarnya IPK itu pembuktian secara kuantitatif mengenai kecerdasan. Tapi, letak masalahnya adalah banyak jugah IPK tinggi, tapi hasil contekan semuaaa. Hmm, hal ini bisa ajah ketebak kalo udah diskusi, kebaca deeh, mana yang asli mana yang imitasi, heeeu... Banyak juga teman-teman yang IPK-nya understandard tapiii orang-orang menganggapnya ber-IPK 3,9 bahkan 4,1 (haa?? Emang ada gituwh?? hehe) dan banyak juga yang IPK nya tinggi menjulang mencakar langit (hoo..emang gedung??). Tapii, untuk sekarang….dengan agak sedikit terpaksa, mari kita samakan persepsi dulu, anggap saja IPK tinggi itu linear dengan cerdas (walaupun, sekali lagiii, aku kurang sepakat. Heee…).
Sangat perlu untuk menjadi cerdas! Apalagi di lingkungan yang dilingkupi atmosfier akademis yang tinggi…, yang orientasi ke-akademis-annya cukup kental. Karena, dengan menjadi cerdas, maka akan menghasilkan sebuah KEPERCAYAAN. Dengan adanya kepercayaan itu, maka, itu menjadi PELUANG DA’WAH yang sangat besar! Lingkungan akademis berarti lingkungan kaum intelek yang terbiasa berbahasa intelligent. Ketika yang berhadapan itu adalah kaum-kaum yang berpikir, maka sesungguhnya mereka memiliki potensi yang lebih besar, karena mereka adalah kaum-kaum yang sangat potensial.
Kita tentu berbahagia dengan banyaknya aktivis da’wah yang hari-hari mereka dihabiskan agenda-agenda yang tiada ujungnya, senantiasa berkesinambungan, tapi, tetap menjadi yang luar biasa di bidang akademis. Mereka menjadi ketua organisasi ini dan itu tapi mereka juga jajaran orang-orang yang berprestasi di akademisnya. Waah, jika sudah begini, mereka memiliki peluang da’wah yang jauh lebih besar! Karena, bukan hanya dipercaya oeh teman-temannya (dijadikan pemimpin), mereka juga dalah orang-orang yang sangat dipercaya oleh para dosen. Mereka adalah para bintang-bintang yang cemerlang, berprestasi di event2 baik skala kecil hingga skala internasional.
Tapiii, di sisi lain, kadang miris jugah melihat sebagian aktivis lainnya (yang salah orientasi atau mengkabinghitamkan da’wah?? Na’udzubillaah) yang memegang posisi-posisi strategis di berbagai organisasi, tapii malah dikenal sebagai orang yang paling doyan bolos, yang IPKnya nasakom. Jika beginiii, bagaimana kepercayaan itu bisa ada? (terutama dari dosen-dosen). Yang ada, malah dianggap “aneh!” dan “asing”.
Hmm…, ini saatnya untuk mengkampanyekan, “GERAKKAN IPK TIGA KOMA!”. Hehe. Yak! Harus tiga komma! Setidaknya tiga koma ennol. Kalo bisa siih tiga koma Sembilan. Atau lebih tinggi dari itu, tiga komma sepuluh! Heee…, ini mah tiga koma satu atuh neng!
Hooo iya, satu hal lagiii yang mungkin bisa kita ingat, bahwa IPK tiga koma itu, selain ga bikin kita mesti menyembunyikan ijazah di hadapan orang-orang,juga menciptakan senyum bahagia di wajah orang tua kita. Karena, toh kita meniti jenjang akademis ini pun bukan untuk diri kita saja. ada harapan besar orang tua kita di sana. Betul tak??
Hayyuuu, sukseskan gerakkan IPK tiga koma! Heee…
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked