|
Ikan Massss...ikan nilaaa |
Sudah hampir sebulan lamanya aku pengin sekali makan gulai kuniang ikan mas. Hwaaa, pokonya aku mau ikan mas, titik! (hehe, maksa banget!)
Berhubung pancingan di rumah sedang mengalami kerusakan berat (lebay!), akhirnya keinginan untuk memancing ikan nila dan kemudian membuat gulai kuning jadi tertunda. Mengendap berhari-hari.
Akhirnya, pada tanggal 9 Februari 2012 ba'da asyar, obesesi mendapatkan ikan mas mencapai puncaknya (jiyaahh, bahasanya lebay pisan!). Jadilah waktu itu, dengan alat pancing seadanya (darurat pula) dan juga dengan umpan goreng tahu balado (haha, umpannya goreng tahu... ternyata ikan-ikan itu menyukai goreng tahu balado. hihi), dimulailah proses pancing-memancing yang kata sebagian orang menyenangkan! Iyaa, menyenangkan sekali... Tentu saja. Apalagi kalo setiap kali si ikan itu melarikan umpan, adalah hal yang sangat menyenangkan untuk mengangkat pancingan dengan seekor ikan menggelepar-gelepar di ujungnya. Yihuiiii, menarik dan menyenangkan, alhamdulillaah.
Tapii, aku pengin ikan mas, bukan ikan nila kali ini. Aku pengin ikan mas, dan sangat berharap suatu ketika, ikan mas melarikan umpan. Hwaaaa,,,jleb..jleb...ikan mas warna orange keemasan itu bikin mata berbinar-binar.
Akhirnya, saat yang ditunggu pun tibaaa. Seekor ikan mas sebesar betis orang dewasa (orang dewasanya kurus apa gendut dulu niih? kan bedaaa.. hahaha... Yaaah, kira-kira berat 1 kilo lebih laah...) melarikan umpan. Hatiku gembira bukan main. Yihuiiii, alhamdulillaaah, akhirnya harapan itu terwujud jugaaa. Bayangan gulai kuning ikan menari-nari di pelupuk mata. Segera kutarik pancingan dan dengan segera pula membayangkan seekor ikan mas warna orens keemasan diujung tali pancingan. Tapiii, masya Allah, tak dinyana, pancingannya putus dan mata kailnya dilarikan sang ikan bersama umpan-umpannya.
Yaaaahhhh....
Aku kecewa bukan main. Harapanku gugur laiknya dedaunan tua jatuh dari pohonnya...
Akhirnya, aku mencoba memasang alat pancing (darurat)ku kembali, memasang mata kail nya, dan memulai memancing kembali. Masih dengan harapan agar suatu saat pancingannya mengenai ikan mas. Hwaaa, ikan maaaasss, kamu di mana siiiihh???
Aku pindah ke kolam satu. Sebelumnya aku memancing di kolam dua. Dan, tiba-tiba...seekor ikan mas dengan ukuran yang sama dengan ikan sebelumnya melarikan umpan. Hatiku menggelegak karena gembira. Alhamdulillaah, akhirnyaaa, aku bisa mendapatkan ikan mas lagi. Harapan itu masih ada! Harapan itu masih ada!
Kali ini aku menggunakan trik berbeda. Tidak langsung mengangkat pancingan melainkan mengikuti kemana si ikan itu pergi, sampai dia kelelahan sendiri. Tapii, tak dinyana, si ikan malah melarikan umpan jauh ke tengah kolam. Jadi, jika aku mengikuti si ikan, pastilah aku harus menyebur ke kolam, begitu pikirku kala itu. Aku lupa, bahwa aku sebenarnya bisa mengulur nilon tanpa harus nyebur. Aahh, sayang sekali ikannya begitu gesit melarikan umpan dan lagi-lagi kejadian pertama terulang kembali. Mata kailnya putus dilarikan ikan. Dan lagi-lagi, pupuslah harapan untuk mendapatkan si ikan mas. Beberapa jenak kemudian, adzan maghrib berkumandang dan tentu saja prosesi pancing memancing harus segera diakhiri...
|
saungguak ikan Nila |
Alhamdulillaah, meski harapan untuk mendapatkan ikan mas pupus, aku mengantongi 1,6 kg ikan nila. Alhamdulillaah, syukuri apa adanya... Setidaknya, 1,6 kg ikan nila itu telah cukup membuat senyum sumringah. Hehe...
Ada pelajaran yang iingin aku petik dari peristiwa ini....
Kadang kala, banyak dari harapan-harapan yang telah kita rajut hampir kita raih, bahkan mungkin kita meyakini bahwa itu dapat kita raih sebab ia sudah berada di depan mata...(seperti halnya ikan mas yang sudah termakan umpan dan hampir tiba di genggaman). Tapi, milik Allah-lah segala keputusan. Dalam sejenak, mungkin saja ia tak menjadi wujud nyata...
Maka, adalah hal yang terpenting, setelah ikhtiar sungguh-sungguh, menyerahkan segalanya pada Dia, Dzat yang jiwa kita ada dalam genggaman-Nya. Pada Dzat yang di tangan-Nya segala keputusan-keputusan atas diri kita. Dengan semikian, sungguh, kita takkan pernah kecewa dengan apapun yang terjadi dalam hidup kita...
Ah, hidup...
Sejatinya ia adalah ujian. Kesedihan itu adalah ujian. Tapi kesenangan juga adalah ujian. Kesempitan itu ujian. Tapi kelapangan juga adalah ujian. Kesusahan itu ujian. Tapi kebahagian juga adalah ujian. Sebab di banyak waktu; ujian kesenangan, kelapangan dan kebahagian justru lebih banyak membuat kita lena, lupa bersyukur, dan lupa bahwa ada Allah di balik segalanya. Sungguh, libatkanlah Dia di setiap jenak kehidupan kita... Dia.... cukuplah Dia saja...
Semoga ini semua jadi reminder, bagiku terutama, dan bagi kita semua...