Mungkin, cuap-cuap aku kali ini bakalan menimbulkan sesuatu yang kontroversi. Tapi biarlah. Aku hanya sedang memaparkan pengamatanku. Ya, dari satu sudut pandang saja. Mungkin kamu punya pandangan yang berbeda. Semacam orang buta yang mendeskripsikan bagaimana bentuk gajah, yang amat sangat tergantung pada bagian mana dia menyentuhnya. Hehehe... :D
Setiap kali naik kereta, satu hal yang menurutku sangat menarik adalah soal pilihan. Pilihan akan masuk gerbong manakah. Sebagian teman perempuan berkata, "Halaahh, ngapain sih ke gerbong wanita. Wanita lebih egois. Tidak mau berbagi tempat duduk. Pokonya, ego antar perempuan itu rada-rada sengit gituh!"
Okeh, itu pendapat sebagian wanita. Tapi realitanya? Hemm... *mikir
Aku mendapati beberapa kali nyasar di gerbong campur, karena mengejar keretaaa dari loket tiket stasiun Cikini, naek tangga trus dengan segera memasuki pintu terdekaat dengan ngos-ngosan. Dan otomatis, itu bukan gerbong wanita, karena posisinya di tengah, bukan gerbong paling depan atau belakang. Nah, saat berpindah gerbong (dalam perjalanan menuju gerbong wanita), aku menyaksikan pemandangan yang cukup memilukan. Ada seorang ibu, menggendong bayi, plus satu lagi balita lagi bersusah payah mempertahankan diri sekaligus mempertahankan anaknya agar tetap stabil, sedang ia berdiri di depan kursi prioritas (kursi prioritas jelas-jelas diperuntukkan bagi : wanita hamil, wanita membawa ana dan balita, lansia dan orang dg handycap). Dan di kursi prioritas itu duduk dengan antengnya bapak-bapak yang so pasti masih muda dan kuat untuk berdiri, tidak membawa anak. Masya Allah. Itu kursi kan bukan hak dia, dan ada yang lebih berhak atas kursi prioritas itu. Apakah dia tidak berpikir dan sedikit berempati, jika wanita itu adalah istri dan anaknya???
Masih dengan kondisi yang sama, tidak dapat gerbong wanita karena injury time mengejar kereta, aku kala itu juga di gerbong campur. Dan di beberapa stasiun setelah Cikini (Tebet kalo tidak salah), naiklah seorang nenek-nenek dengan seorang anak (sepertinya cucunya), juga berdiri di depan kursi prioritas. Tapi si bapak-bapak yang lagi duduk malaah (pura-pura) tidur. Cueeeekk ajaahh tuuuh. Padahal, sekali lagi itu kursi bukan hak dia!
Coba bedakan dengan ini.
Saat ada wanita hamil atau wanita menggendong balita, biasanya langsung ada koor dari ibu-ibu, "Kasi duduk tuuh... Kasih duduk. Kasihan." Selalu saja ada ibu-ibu yang bertindak begini. "Ayo maju ajah Mbak, tukeran tuh ama yang nda lagi bawa anak, ama yg nda lagi hamil. Kasihan niiih."
Nahh, menurutmu, bagaimana? Menurutku, mungkin karena wanita itu lebih mengerti, karena mungkin mereka pernah berada di posisi yang sama. Karena mereka (menurutku) lebih berempati.
Sebenarnya ini tak bisa digeneralisir. Masih banyak bapak-bapak yang baik dan banyak juga wanita-wanita yang cuek. Tapi, dari lebih dari 200x (kayaknya lebih deehh, kalo ditotal, hehe) perjalananku menggunakan jasa KRL, sepertinya 80 % aku berjumpa kejadian di atas. Bahwa di gerbong wanita, lebih aman dan lebih safety juga lebih berempati mungkin! Hehe.
Menurut salah satu temanku yang lain yang ogahhhhh banget masuk gerbong campur, laki-laki kadang tidak tenggang rasa sama perempuan. "Udah gitu mereka ituu kan tenaganya pada kuat, jadi kita sering tersikut dan kedorong dan kita pasti bakalan kalah ama mereka soal saingan keluar dari pintu kereta, jadi mending cari aman di gerbong wanita." Begitu katanya. Entahlah. Tidak semua kurasa, karena pasti masih ada orang baik. Tapi, kebanyakan begitu sih mungkin :P soalnya aku juga keseeeel banget, pernah 2x hampir jatuh di peron Manggarai dan satu lagi di peron Cikini gara-gara diserbu gerbongnya ama orang-orang 'brutal'. Kalo ndak dibantuin dan dipegangin pas di peron itu, mungkin aku sudah jatuh ke kolong kereta. Kalo di Cikini kedorong ampe oleng dan ngerasa nggak nginjak peron. Smua kejadian itu sempet bikin tremor dan bikin butuh waktu untuk menenangkan diri. Hihi :D
Jadi, kesimpulannya?
Hehe, tak ada kesimpulan. Aku hanya sedang berbagi cerita saja. Setiap orang mungkin punya cerita dan pendapat berbeda-beda, monggo silahkan saja. Jika salah, silakan dikoreksi saja. Hehe
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked