Kadang Kita Perlu Bersyukur, Saat Harus Berbalik Arah

Wah, kangen juga nih sama si Bloggie. Hehe... Maaf yah Blog, beberapa hari ini agak tercuekin. Hihi :D
Aku sebenernya dari kemarin itu pengen nulisin. Tapi ya itu, soksok sibuk. Hehe. Padahal ga juga sih. Heuu....

Ahad kemarin, kami reunian farmasi 05. Tapi judulnya ajah yang reunian farmasi, yang kesannya besar-besaran (soalnya kalo reunian farmasi, itu artinya seharusnya ada sekitar 100 lebih partisipan).Tapi ini yang hadir cuma 5 orang. Dan tidak bisa juga disebut reunian farmasi, karena peserta reuniannya juga dari biologi dan kimia. Hehe. Jadi, sebut saja ini reunian orang-orang Padang. Hihi :D. Aku, Uul, Ikrima, Dewi dan Nany. Niatan awalnya berangkatnya jam 10. Ehh ndak taunya molor hingga ba'da dzuhur, karena temen-temen mau foto dulu di perpus pusat, di pinggir danau dan makan siang (yang merangkap sarapan pagi) karena paginya buru-buru harus ke agenda mingguan dulu jadi tidak sempat. Hee... Nah the main destination itu sebenarnya Taman Buah Mekar Sari. Tapi, hemm...ada tapinya. Dan inilah kisahnya :

Setelah numpang sholat di Mesjid Gunadharma, kita naikin angkot 112. Tujuannya adalah biar ketemu angkot 129 yang ada tulisan "Mekar Sari" nya. Tanya punya tanya, ternyata angkot 129 ga nyampe Taman Buah Mekar Sari, dan menurut petuah si sopir angkot 129, sebaiknya lanjutin perjalanan dengan angkot T11. Akhirnya, dengan PD nya kami naik angkot merah itu. Sebenernya aku sudah cukup heran dengan rute angkot itu yang malah masuk komplek perumahan gituh. Ehhh, pas udah nyampe pemberhentian angkot terakhir, ternyata Si Taman Buah Mekar Sari tak bertemu batang idungnya (lohh?? ko batang idung yah? hihi :D). Trus kata sopirnya, ini Mekar Sari Lembah Hijau, bukan Mekar Sari yang Taman Buah. Wadooohhh.... Masya Allah. "Trus gimana dong, Pak???" (Qta minta pertanggungjawaban niih ceritanya. Soalnya tadi pas disinggung-singgung soal Taman Buah si sopirnya diem seribu bahasa! Mungkin ndak denger kali yah? Hehe). Kami diberikan petuah lagi untuk naik angkot 79 dulu, lalu ganti angkot  sekali lagi arah Jonggol dan ganti lagi arah Cileungsi (Ehh, gini nda yah? Soalnya aku rada-rada lupaa apakah bener itu Jonggol dulu baru Cileungsi. Tapi intinya, harus pindah 3x angkot dulu untuk bisa sampai di Taman Buah Mekar Sari). Tapi, untuk mencapai si angkot 79, kita mesti jalan kaki dulu, yaa kira-kira 500-1000 meter lah. Ya udah, akhirnya, masih dengan semangat menggebu-gebu untuk liatin strowberry (lohh??), kita jalan kaki deehh dan lumayan jauh ternyata karena aku ngerasain jalan kakinya lamaaa (entah temen-temen yang lain). Soalnya kan waktu itu ada teori relativitasnya,hehe.

Nahh, pas udah ngelewatin Cibubur Junction, trus arena Jambore gituuh, macetnya luar biasaaa. Dan menurut petuah sodara-sodara seper-angkot-an, macet ini kemungkinan akan bersifat persistent dan mungkin hingga mencapai Taman Buah itu. Sementara jam sudah menunjukkan angka dua lewat. Sementara kami harus 2x lagi ganti angkot. Dan mulailah semangat untuk menuju taman buah tergerogoti. "Jika begini, kita menghabiskan waktu hanya di jalan saja. Sayang sekali. Apa balik ajah yah? Ke Cibubur Junction ajah gimana?" Dan semua bersepakat untuk turun, menyebrang, dan berbalik arah menuju Cibubur Junction. Yah, sebenernya agak sedih juga sih. Udah ngarep bisa ke Taman Buah Mekar Sari. Hehe...

Ketika hendak menuju Cibubur Junction kami melihat sebuah taman yang ternyata itu adalah taman Wiladatika di mana itu adalah tanaman bunga yang juga menarik. Hehe... Dan akhirnya, taman Wiladatika dapat me-replace Taman Buah Mekar Sari yang semula menjadi tujuan kami, meskipun itu semua di luar target, di luar perkiraan dan di luar rencana sebelumnya. Hanya direncanakan tiba-tiba saja karena melihat kemacetan yang memilukan (lohh??). Dan sungguh di luar dugaan, ternyata taman itu sangat membahagiakan.  Dan bener-bener jadi surganya para fotografer kayanya. Dan ternyatanya lagi, banyak yang foto-foto wedding di situ entah itu pre atau post. Dan yang bikin bahagia lagi, aku dari dulu pengeeeen banget bisa ngeliat taman yang bagus (untuk difoto itu) yang ada bonsai rapih ngelingker kaya background nya soundtract nyanyi minang gituuuhh hihi :D, trus lorong-lorong yang ditumbuhi tanaman menjalar, air mancur de es be. Ya, bener-bener surganya fotografer deh. Dan memang banyak sih orang-orang banyak sliweran dengan DSLR dan tripod mereka (dan itu bener-bener bikin mupeng abiisss, mupeng yang persistent, dan selalu mengundang pertanyaan, "kapan yaahh aku punya DSLR jugaa?" hehehehe :D). Meski aku tak bawa kamera (karena batrenya udah kosong energinya, dan chargernya ketinggalan di kampung dan ditambah lagi malemnya nginep di kosan Nany yang juga lupa ngecass dan paginya  udah harus cau), tapi tetep bahagia karena bisa gunain dan monopoli kamera handphone canggihnya Dewi. Hehe...

Lalu apa hikmahnya? Ya, mari ambil pelajaran saja dari kisah di atas. Hemm... apa pelajarannya?
Ya, mungkin sering kali dalam hidup kita, ketika kita menetapkan satu target dan tujuan, tiba-tiba harus berganti haluan di tengah jalan disebabkan beberapa hal yang mungkin tidak kita perkirakan sebelumnya. Niatannya mau kuliah di kedokteran, tapi kemudian malah nyasar di Fisip (hehe, ini kan dua peminatan yang bertentangan. Satu ke Aceh satu ke Lampung. Lohh??). Niatnya mau melaksanakan a, b, c, d akan tetapi yang jadi malah e,f,g, dan h. Tapi begitulah. Setelah ikhtiar dan do'a, maka selanjutnya adalah tawakkal. Karena ada masanya bagi kita untuk dihadapkan pada kondisi yang tak terprediksi. Tak terprediksi akan sebaik ini. Atau sebaliknya. Tak terprediksi akan seburuk ini. Ya, tetap saja kembali pada dua hal. Kesyukuran ketika  sesuatu yang semula tak terdugakan itu justru mengantarkan kita pada hal yang lebih baik dan kemudian menjadi surprise dalam hidup kita. Dan bersabar ketika sesuatu yang semula tak terdugakan itu mengantarkan kita pada sesuatu yang tak pernah kita inginkan. Tetap saja, Allah lebih tau apa yang terbaik untuk diri kita. :) Meski dua kata ini mungkin lebih mudah untuk diucapkan dari pada menjalankannya, tapi setidaknya, harus ada azzam pada diri kita untuk berusaha agar tetap terjaga pada dua "therapeutic windows" tersebut. Sebab, mungkin kita lebih sering lupa bersyukur dan juga lebih sering sulit bersabar <-- nasihatin diri sendiri niiihh.... Astaghfirullaah... Astaghfirullaah....

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked