Teman-teman, udaah pada tahu dong yaah kisahnya sahabat yang sungguh kerreeen ini. Nama beliau Mush'ab bin Umair (Radhiyallaahu anhu). Tau kaaaan? Ya harus tau doong yaahh. Masa' biografi dan kisah hidup Ming Ho lebih banyak yang diketahui ketimbang sahabat Rasulullah? Iya kaan?! Hmm... sepertinya, kita iniii udah direcokiiin banget banget dan banget dengan yang namanya Ghazwul Fikriy, di mana kita lebih tau dan lebih hapal seluk beluk artis Korea terkenal ketimbang Sahabat Rasulullaah yang luar biasa. Kisah mereka, para publik figure itu tak lebih hanya kisah flamboyan belaka (waahh, takutnya ada yang marah niih dibilang flamboyan, soalnya kalo tidak salah itu icon salah satu SMA Negeri di Sumbar. Hihi...), tapi lebih di-update ketimbang kisah heroik luar biasa yang membangkitkan semangat juang dari para sahabat. Mari waspadalahh.. :)
Baiklah, aku takkan membahas soal Ghazwul Fikriy-nya. Aku pengin memaparkan kisah sosok luar biasa itu. Bukan juga memaparkan kisah beliau (Radhiyallahu anhu) dengan sedetil-detilnya karena aku husnudzan bahwa teman-teman sudah pada tahu semua kisahnya. Tapi, pengen ambil spiritnya dari kisah beliau.
Mush'ab bin Umar adalah sosok yang dulunya sebelum mendapatkan hidayah-Nya, seorang publik figure. Mungkin lebih tenar dari pada artis korea kali yah? Udah cakeeep, kayaa lagi! Ya, beliau hidup berkecukupan dengan limpahan harta dan juga dimanja sama orang tua. Poko'nya tenar banget dah beliau. Cewe-cewe jaman itu niih yaa, pada histeris banget deeh kalo ngeliat beliau. Yaa, sama lah kaya artis yang dielu-elukan saat ini. (btw, intermezzo : kemarin-kemarin, lupa persisnya, di Detos pas mau nonton Bidadari-Bidadari Surga. Aku kebetulan lewat dan lagi berada di lantai paling atas, trus, kedengaran hebooohhh banget gitu drai arah lantai lower ground. Apasih ribut-ribut, gitu pikirku. Abisnya ribut amat teriakan mereka di bawah sana, sehingga membuat kami (aku dan temen-temen angkatanku) melengok ke bawah. Ternyata lagi ada artis yang manggung gituuh. Nah, si artis itu ngelempar jaket apa sweater-nya ke arah audince gituh. Nah, sontak para cewe-cewe di sana pada rebutan itu sweater ampe dorong-dorongan dengan teriakan histeris. Masya Allah segituunyaa. Segitu nge-fans nyaa....). Nah, mungkin kaya gitu kali yaahh nge-fans nya para remaja putri Quraish sama Sahabat Rasulullaah yang cakep itu (Mush'ab bin Umair).
Tapi, apa yang terjadi ketika dia masuk Islam?
Telah terjadi revolusi besar-besaran pada sosok 'manja' dan flamboyan se-cakep Mush'ab bin Umair. Tiba-tiba ia menjadi sosok yang tegar, teguh, dan Beliaulah yang menjadi duta Islam di Madinah. Mengkondisikan Madinah hingga siap menerima kaum Muhajirin. Sosok yang sangat hebat! Kalo kita niih yaa (aku lah contohnya), mungkin belum sanggup buat kaya gituu. Bayangin deeh, kalo satu propinsi kita kondisiin untuk memilih satu pemimpin shalih dan satu propinsinya terkondisikan? Masya Allah, mungkin kita tak sanggup melakukannya. Dan Mush'ab bin Umair itu kerren sekali! Mengkondusifkan satu negeri! Beliau melakukannya seorang diri (dan tentu saja tetap dalam konteks amal jama'i). Sungguh, sebuah revolusi dan transformasi yang luar biasa. Apa hasil dari transformasi itu? Ya, output da'wah yang luar biasa!
Dalam konteks saat ini, dengan kemasakinian saat ini, aku pun melihat revolusi-revolusi itu. Sosok-sosok yang dikenal sebelum mengenal jalan da'wah, menjadi melejit luar biasa setelah mereka membersamai jalan ini. Sebuah revolusi dan transformasi yang menurutku amat luar biasa.
Melihat ini, aku ingin bertanya pada diriku sendiri, pada diri kita.
Apa Revolusiku? Apa revolusi kita?
Lalu, apa out put yang telah kita kontribusikan?
Mungkin masih jauh. Mungkin masih sedikit...
Smoga ini semua menjadi pengingat bagiku, smoga juga bagimu. Belajar dari semangat revolusi Mush'ab bin Umair...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked