Continence

Hmm…satu lagi yang harus dikendalikan adalah…REAKSI SPONTANEOUS! Mereaksi secara spontan atas sesuatu tanpa pertimbangan (rasional) dan pertimbangan ruhiy terlebih dahulu. Yah, memang adalah karena aku terlalu ekpressif mungkin… Ekpressi yang mungkin berlebihan dari kadar seharusnya. Hihi. Apalagi dengan melibatkan unsure emosional pula. Benar-benar ektrem. Huhu.

Hanya saja, sangat mengherankan sekali mereka itu, yang katanya memiliki pemahaman. Aku hampir-hampir memberikan asasemen pada polar negatif untuk “kehebatan” mereka. Fiuufftt…Sungguh sangat menyakitkan! Okelah, aku tahu mereka adalah orang-orang hebat. Orang-orang berpengalaman pula, kata mereka. Tapiii, memangnya selalu benar?! Ah, tidak! Tidak selalu benar! (entah kalo merasa selalu paling benar, hem..). Begitulah dinamika,barang kali—bahkan di kalangan orang-orang yang katanya memiliki satu warna “fikroh” sekalipun. Tidak seruu, kalo tak ada riak gelombangnya. Hihi. Juga karena isi kepala dan isi dada berbeda-bada, mungkin.

Deuh…deuh…
Yang begini ini niih, reaksi spontan! Heuuuh…
Atau, mungkin karena aku sedang di titik kulminatif yang grafiknya begitu ngedrop?
Entahlah…
Sudaah…sudaaah…

Seharusnya tidak begini, Fathel…
Seharusnya tidak begini…

Hayuuk…berbenah lagi, Fathel…
Satu penyadaran terpenting untukmu Fathel, bahwa kau bukan apa-apa, dengan ilmu yang masih sangat sedikit….dengan pemahaman yang juga masih dangkal. Masih banyak yang harus kau pelajari. Masih banyak yang harus kau perbaiki. Masih banyak yang harus kau upgrade maupun kau update. Masih banyak yang harus kau benahi! Masih banyak! Yang ini…masih sangat sedikit. Bahkan lebih jauh dari kata sedikit.

Tentang kesalahan, pengalaman buruk, luka, maupun tindakan uncontrolling itu di masa lalu…adalah sangat manusiawi dan wajar. Bukan permakluman atas kesalahan. Hanya saja, tiada manusia yang sempurna. Adalah suatu keabsurban manusia tanpa kesalahan, kecuali Rasulullaah yang maksum. Untuk kesalahan-kesalahan itu…ia-nya adalah media pembelajaran. Disesali memang harus, tapi bukan berarti larut dalam penyesalan panjang yang tak berkesudahan tanpa ada perbaikan kemudiannya. Saat ini, yang kau bisa lakukan adalah menambalnya.

Bagemanapun, semua akan menjadi masa lalu pada akhirnya. Hari ini, akan menjadi masa lalu di kemudian hari. Jika kau ingin jejak-jejak yang kau tinggalkan adalah jejak-jejak yang baik,maka kau pun seharusnya berupaya untuk melakukan yang terbaik bagi hidupmu, bagi akhiratmu, hari ini.

Dengan sisa kesempatan yang begitu sejenak bersama kesejenakan dunia, maka seharusnya kau pun mengisinya dengan terus dan menerus menabung serta mendulang segala kebaikan. Seharusnya demikian. Karena, amalan itu…terlihat dengan bagaimana ujungnya, tanpa meniadakan sedikitpun prosesnya. Seperti kisah pendosa yang telah membunuh seratus orang itu lalu bertaubat. Bahkan, ia belum sempat mencapai perkampungan orang-orang taubat itu. Hanya saja, pada penghujungnya adalah kebaikan, ia dimenangkan karena langkahnya menuju perkampungan taubat itu lebih sehasta. Seburuk apapun perbuatannya sebelumnya, namun pada penghujungnya adalah kebaikan…maka ia pun berada pada kebaikan, bukan?!

Maka…berharaplah, bahwa penghujungnya itu adalah amalan terbaikmu!
Dan, penghujung itu…bisa jadi kapan saja. Maka, siagalah di setiap detik! Siagalah dengan hal yang akan memutuskanmu dengan kefanaan dunia. Benahilah….benahilah…rombengan-rombengan yang ada di mana-mana itu.

“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(Qs. Ali Imran : 148)


“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keredaan Allah. Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.”
(Qs. An-Nisaa : 114)


“Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.”
(Qs. An-Nisaa : 149)


“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan, Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Qs. Fussilat : 34)

2 comments:

  1. Aku paling berkesan ma yg ini:
    Karena, amalan itu…terlihat dengan bagaimana ujungnya, tanpa meniadakan sedikitpun prosesnya.

    Tulisan2 disini mengingatkanku mba Helvi Tiana Rosa & FLP nya. Salah satu pegiat disana ya mba?

    ReplyDelete
  2. hee...iyaah..sy di FLP Sumbar dan Padang, Mas...tp sekarang sy ndk bs bgtu sring di FLP...sudah pulang ke kampung halaman soalnya...jarang bs ikut di kegiatan diskusi...

    :(

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked