Kolam Bernoulli

Tulisan ini tentu saja tidak bermaksud menjelaskan padamu bahwa si Bernoulli, sang ahli fisika itu, mepunyai kolam di belakang rumahnya. Hihi. Aku pun tidak tahu apakah Bernoulli punya kolam apa tidak. Hehe. Sepertinya tak penting membahas apakah Bernoulli punya kolam ikan. Tapi yang jelas, si Bernoulli telah menemukan sebuah rumusan mengenai Fluida Bergerak dengan rumusan seperti yg tertera di atas.

Lalu, apa hubungannya si Bernoulli dengan kolam??

Hmm…begini.
Aku tahu, ayahku bukanlah seseorang yang berada di ranah sains. Bahkan aku yakin beliau sama sekali tak tahu menahu soal hukum Bernoulli. Beliau memang lebih banyak berinteraksi dengan sesuatu yang berbau hukum (lha, emangnya hukum ada baunya yah? Hihi), tapi bukan hukum fisika. Hehe. Tapi, tanpa disadari ayah, beliau telah menerapkan hokum Bernoulli ketika membuat kolam itu. Kedua saluran air yang mengairi kolam, dibuat seperti mengalir dari dalam kolam itu sendiri. Padahal, keduanya berasal dari satu pipa yang dibenamkan dibawah tanah di mana jaraknya dari sumber air hingga mencapai kedua saluran adalah sekitar 10 meter. Di sini, diterapkan hokum Bernoulli secara fisikanya. Bahwa ada tekanan dari sumbernya yang kemudian air dapat “memanjati” kedua saluran tersebut sehingga seolah-olah terlihat seperti bersumber dari kolam itu sendiri.

Ada plajaran yang dapat kuambil dari sini. Hmm….sebenarnya, kita sering kali mempraktekkan sesuatu tanpa menyadari bahwa ada “suatu peristiwa” lain yang tidak kita ketahui. Kita melaksanakan, tapi tidak mengetahui teorinya. Ini berarti sesungguhnya akal dan logika manusia sebenarnya jauh lebih hebat dari sekedar teori-teori belaka. Maha agung Allah yang menciptakan manusia dengan segala potensi besar. Dengan akal yang membuatnya lebih dari makhluk di dunia lainnya. Seperti kolam Bernoulli itu. Atau seperti para pedagang minang (yang mana minang sangat terkenal dengan jiwa dagangnya) yang tak perlu terlebih dahulu mempelajari buku-buku tebal manajemen. Mereka telah mempraktekkannya tanpa terlebih dahulu mengetahui teorinya. Tapi, bagaimana pun jua, mempelajarinya terlebih dahulu tetap saja menghasilkan out put yang lebih optimal. Hihi.
Kolam Bernoulli

Hmm…sebenarnya bukan masalah Bernoulli ini esensi tulisanku kali ini. hee… Aku sebenarnya pengin cerita-cerita ajah. Yaah, seperti yang kubilang (mungkin berkali-kali sudah) bahwa aku menuliskan ini di blog sebagai sarana untuk memuarakan ekspressi saja. semoga tak tak berlebihan jika disebut sebagai sarana aktualisasi diri. Hehe. Adapun jika memang ada kebaikan yang dapat didulang—bagi yang sempat nyasar, salah masuk, atau iseng-iseng singgah sebentar—maka itu adalah limpahannya…hihi.

Kolam Bernoulli (hehe, sebaiknya kunamai saja kolamku itu dengan nama Kolam Bernoulli yaah?) adalah satu dari sekian banyak inspirasi kali ini. Dan sebenarnya, ada sebuah investasi besar tersimpan dalam kolam Bernoulli jika kita mau sedikit saja lebih keras belajar dan sedikit saja bersedia bertanya pada orang pinter (bukan dukun loh! Tapi orang yang memiliki pengetahuan lebih atau latar belakang ilmunya di sini). Inilah pekerjaan “malas” yang menghasilkan jauh lebih besar ketimbang pekerjaan “rajin” (yg berkutat dibelakang meja kerja). Hihi. Dan ini semakin membuatku sangat tertarik untuk terjun dan menerjunkan diri. Di sini. Di ranah ini.

Beberapa hari yang lalu, aku sempat menonton tayangan tentang motivasi dari motivator muda Bong Chandra. Satu hal menarik yang sangat berkesan bagiku dalam penyampaiannya adalah “Beri nilai harga atas waktu anda.” Jika bertolak dari pemikiran orang-orang seberang samudera sono, “Time is Money”, kata mereka.

Kita mungkin (sering) tidak menghitung berapa nilai harga waktu kita kecuali ketika berada di taksi. (uhm…kalo taksi mah di kampung saia yang terpelosok ini TIDAK ADA! Hehe). Ketika di taksi, kita pasti akan menghitung berapa harga waktu kita dan berapa nilai yang kita bayarkan berdasarkan waktu itu. Apalagi jika ketiban macet, hadeuuuuhh…jadi mikir2 panjang banget, karena waktunya terus berlalu, dan seiring dengan itu bertambah pula cost yang harus dikeluarkan.

Di sini, dapat kita pelajari bahwa kita bisa saja memberikan harga dan nilai untuk waktu kita. Berapa kita mau! Dalam beberapa episode yang kulalui belakangan ini semakin membuatku belajar tentang filosofis time is money itu. Hmm…sebelumnya, aku tak hendak mengajakmu untuk mengejar duit semata dengan menghargai waktu atas nama uang saja. Bukan. Bukan begitu. Terlalu singkat jika hanya untuk kepentingan kesejenakkan dunia belaka. Maksudku adalah, menghargai nilai waktu bukan hanya dengan ukuran nilai mata uang tapi juga investasi masa depan abadi kita. investasi masa depan yang melintasi kesejenakkan dunia. Demikianlah harga nilai atas waktu-waktu kita.

Siapa saja boleh menyebutku pengangguran. Dan memang begitulah pandangan orang-orang secara umum. Tapi, kali ini, akhir-akhir ini, aku merasa menjadi pengangguran yang selalu kekurangan waktu. Hihi. Mungkin kedengarannya lucu. Yup, aku memang seorang pengangguran yang kekurangan waktu. Semua ini membuatku belajar untuk memberi nilai atas waktu-waktu yang kupunyai, yang tak tertebak pada saat manakah semuanya mesti berakhir.

Aku melakukan apapun, dan memberi nilai atas waktu yang kuhabiskan untuk itu. Aku pernah hanya punya harga waktu lima belas ribu untuk enam jam, dan aku juga pernah punya harga waktu seratus ribu untuk satu setengah jam. Dua hal yang sangat jauh perimbangannya. Pekerjaan pertama adalah dengan mengandalkan tenaga. Sedang, pekerjaan kedua adalah dengan mengandalkan pikiran.

Sekarang, aku menjadi mengerti betapa pentingnya berpikiran cerdas dalam mengelola waktu. Jika kita dapat menggunakan potensi pikiran kita, maka nilai waktu kita jauh lebih berharga ketimbang hanya dengan mengandalkan tenaga saja. Apalagi jika nilai waktu kita digunakan untuk-Nya. Maka, harga waktu itu menjadi lebih besar. Ia menjadi investasi bagi kita. Demikianlah. Segalanya kemudian menjadi pelajaran yang sangat berharga bagiku.

B.E.R.S.E.M.A.N.G.A.T!!

2 comments:

  1. Mba ... Berpikirnya cerdas, eksekusinya work smart or work hard yg harus didulukan? Klo pendapatku sih kita baru akan bisa work smart setelah work hard terlebih dlu.

    ReplyDelete
  2. hehehe...

    iyah juga yah Mba? mesti tw kerja yg keras dlu..ngerasain dlu..baru bs keudian memikirkan dengan cerdas..^^

    trima kasih mba, masukannyaaah...

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked