Terpaksa Harus...

Kadang, keterpaksaanlah yang membuat kita menjadi (harus) terbiasa lalu kemudian menjadi bisa. Jika ada idiom, “ala bisa karena biasa”, maka bolehkah aku sedikit modifikasi jadi, “ala bisa karena terpaksa”. Hee…

Sedikit cerita, dahulu kala S-1, aku lulus di pilihan ke-2. Pilihan yang tidak aku komunikasikan kepada Allah untuk memilihnya. Aku memilihnya tidak dengan istikhoroh. Bahkan, aku isikan sejenak sebelum aku mengembalikan formulir SPMB ke panitia local 15 kala itu. Dan, qadarullaah, Allah luluskan aku di pilihan ke-2 itu. Alhamdulillaah…

Mungkin karena bukan minatku pada mulanya untuk berkuliah di bidang nge-drugs, jadi aku tak punya target apa-apa. Motivasiku juga tak sekuat dan semenggebu-gebu ketika aku SMA dulu, ketika aku sangat ingin kuliah ke seberang pulau sana, seperti halnya teman-temanku yang lainnya. Karena kebanyakan teman-temanku pada kuliah di seberang Sumatera sementara kedua orang tuaku merasa berat untuk melepasku kuliah ke sana. Wal hasil, kuliah kulalui dengan biasa-biasa saja. Tak ada motivasi dan target yang luar biasa. Bahkan, aku sama sekali tidak memasang target untuk tamat 3,5 tahun dengan IPK cumlaude. Hee… Aku hanya punya target, tamat tepat waktu dengan IPK di atas 3. Itu saja. Yang berbeda semasa kuliah adalah karena aku ikut di beberapa organisasi intra dan ekstra kampus. Itulah yang membuat hidupku terasa lebih dinamis ketika berada di kampus.

Sebagaimana targetku yang biasa-biasa saja, maka begitu pula dengan cara belajarku. Lumayan acakadut. Aku bukan mahasiswa rajin yang tongkrongannya adalah pustaka. Aku ingat, jika bukan untuk nge-net, aku sama sekali tak ke perpus. Perpus Farmasi apalagi perpus pusat bukanlah tempat yang tak asing bagiku karena jarangnya aku mengunjungi tempat itu. Pun jika onlen, aku bukannya mencari jurnal ataupun meng-update berita terbaru mengenai disiplin ilmu yang kugeluti, akan tetapi malah searching tentang dunia per-blog-an, per-desain-an, ataupun hal-hal lainnya yang bagiku lebih menarik. SKS (system kebut semalam) juga tak ketinggalan. Wal hasil, sering sekali aku memahami setiap pelajaran yang saling terintergrasi itu secara parsial. Sehingga banyak dari konsep-konsepnya yang tidak mengglobal di pikiranku.

Sekarang, sungguh tak menyangka sebenarnya aku akan melanjutkan studi di bidang farmasi. Sekali lagi, FARMASI! Juga di Seberang sumatera. Aku juga tak menyangka mengapa tiba-tiba akhirnya kedua orangtuaku rela melepasku kuliah di sini. (Aihhh, coba kalau dari dulu yak? Hihi… ). Begitulah hidup…penuh dengan hal-hal yang tak terduga. Tapi kemudian, aku menyadari bahwa CINTA menghadirkan power dua kali lipat lebih besar karena dahsyatnya energy cinta itu sendiri. Sebagaimana aku juga sudah mencintai farmasi. Aku cinta farmasi. Aku juga mencintai kampusku, Unand. Maka, kali ini, aku kembali mendalaminya, tapi bukan dengan cara acakadut seperti ketika S1 dulu. Karena aku bukan menginginkan IPK cumlaude, tapi lebih dari pada itu. AKu menginginkan ilmu yang terintegrasi dan kupahami secara menyeluruh, bukan parsial seperti dulu, khususnya di bidangku. Karena, kali ini prinsipnya adalah “MENJADIKAN SETIAP JENAK-JENAKNYA ADALAH DENGAN UPAYA TERBAIK YANG KUPUNYA! Ya, MENJADI YANG TERBAIK DARI SEGALA WAKTU YANG PERNAH KUPUNYA SEBELUMNYA!”

Banyak kejutannya. Karena saat ini, untuk menjadikan segalanya menjadi lebih baik dari aku yang sebelumnya, butuh upaya EKSTRA STRONG, yang harus dua kali lipat di atas kebanyakan orang-orang. Karena aku menyadari betapa banyak ketertinggalan yang mesti kukejar mulai dari konsep disiplin ilmu yang sedang aku dalami ini. Dan aku harus memulai dari AWAL lagi!

Ya, pada akhirnya memang banyak hal yang TERPAKSA HARUS…kulakukan. Aku memang TERPAKSA HARUS rajin. Aku TERPAKSA HARUS bisa bahasa inggris karena hampir semuanya menggunakan literature inggris. Dan aku juga TERPAKSA HARUS mencintai jurnal. Aku TERPAKSA HARUS mencintai belajar. TERPAKSA HARUS LEBIH KERAS upayanya…. Tapi, berawal dari TERPAKSA HARUS itulah, pada akhirnya, aku ingin ini semua menjadi bagian dari sesuatu yang aku cintai… Ala BISA karena TERPAKSA…

Sebenarnya tak muluk-muluk dari target hidupku. Hanya ingin menjadi bagian dari orang-oran yang berbagi ilmu, yang semoga memberi kemanfaatan pada banyak orang. Aku mencintai ilmu ini, dan aku ingin belajar lebih banyak tentangnya… Itu saja…

2 comments:

  1. hmmmmm,,,fatel
    hawa nafsu emang mesti dipaksa. klu tidak, qt akan diseretnya ke dalam kemalasan, kebodohan, dan keterpurukan. hawa nafsu juga perlu dikasi pelajaran dengan cara menyuguhkan semua yang bertentangan dengannya dan memaksa agar nafsu itu suka dengan suguhan tersebut. Sekarang adalah masa bagi kita untuk benar-benar mensyukuri setiap suguhan takdir ALLAH dan menjalaninya sebaik mungkin meski ego (nafsu) selalu ingin melawan dan menolak untuk bersyukur.

    ReplyDelete
  2. spakattt bgt nan chan, jazakillaah nasihatnya yah nan chan^^

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked