Belajar dari Anak Umur 3 Tahun


Hmm…, jadi pengin cerita tentang seseorang itu. Heee…
Baiklaah….

Ini tentang seorang anak umur tiga tahun yang memiliki kecerdasan emosi yang luar biasa. Hee…, setidaknya bagiku. Aku berkenalan dengannya di sebuah bangsal rumah sakit di mana kala itu ia tergolek lemah. Waah…, pada mulanya aku menyangka tingkat kesadarannya adalah compus mentis, apatis, samnollen, osporos, comma. Habiiis, dia itu masa bodo dengan lingkungannya siih. Tapi, dua hari kemudian, dia sudah kembali kepada sifat aslinya yang ceria, suka tertawa dan…hmm…nakal. Hehe. Abiiis, waktu aku mengajaknya bercanda, dia malah mencakarku dengan kuku-kukunya itu siiih. Hadduuuh, kegores deeh idungku.

Tapi kemudian, aku terhenyak dengan kenyataan bahwa si anak itu hanya mempunyai tiga jari. Masya Allah, Cuma tiga jari saja. Dan, aku semakin dibuatnya takjub dengan “betapa percaya dirinya dia”. Setahuku, kebanyakan anak-anak, ketika ia merasa berbeda dengan yang lain, ketika ia merasa ada yang kurang dari dirinya, maka banyak diantarnya yang menarik diri dari lingkungan. Merasa minder. Menjauh. Dan, tidak mau bergaul dengan orang lain. Tapi, berbeda sekali anak yang satu ini. Dengan umurnya yang masih tiga tahun, dia mengajarkanku untuk berlaku Percaya Diri.

Ketika ada yang melihat ke arah tangannya atau mempertanyakan langsung, “ini jarinya kok Cuma tiga?” biasanya seoran anak (bahkan orang dewasa) akan segera menyembunyikan tangannya kan yah? Tapi, berbeda sekali dengan dia. Dia malah memperlihatkannya, dan tetap PD, dan malah mengatakan “Tangan yang ini juga kok (juga tiga jarinya)” sambil memperlihatkannya.

Masya Allah. Aku belajar untuk lebih percaya diri dari sosok kecil itu. Dari anak umur tiga tahun! Betapa mungkin kita sering merasa down, merasa minder, merasa kurang percaya diri. Padahal Allah sudah anugrahkan begitu banyak potensi pada diri kita kan yah? Lalu, apa alasan kita untuk tidak bersyukur atas ni’mat-Nya lagi setelah sedemikian banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. Sungguh, kita gak bakalan mungkin menghitung ni’mat yang Allah berikan.

…وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لاَ تُحْصُوهَا

“…Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya…”
(Qs. Ibrahim : 34)

Hayuuu, kita menjadi lebih PD. Karena, menjadi PD bukan berarti membanggakan diri maupun merasa lebih dari orang lain, karena yang menjadi standardisasinya bukan antara kita dan orang lain melainkan diri kita sendiri. Menjadi PD bukan pula menjadikan diri kita angkuh. Tidak. Menjadi PD, berarti kita bersyukur atas apa yang Allah beri. Allahu’alam.

(Heee…Rumah Sakit selalu saja memberikanku banyak plajaran)

2 comments:

  1. Asw. ukhti, jadi pengunjung tetap niy. Hmm... iya jadi malu sama adik kecil itu..., salam ya buat dy. SMANGADH bwt PKPnya ukh. p(^_^)q i'm sooo inspired. Jazakillah, thank U.^^

    ReplyDelete
  2. wa'alaykumussalaam ya Ukhty...

    Jazakillahh sudah berkunjung ke blog ini....

    hehe...
    iya, kita mesti blajar niih dari adik itu..
    tapi sayang dia sudah kluar dari rumah sakit, jadinya ga bisa nyampe in salam....

    'afwan....

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked