Koq Obatnya Cuma Satu?


Hmm…saat mengunjungi pasienku, tiba-tiba aku dicegat oleh pasien lain (yang bukan jadi tanggungjawabku, heee.. Tapi aku senang banget cerita2 sama pasien inii, makanya lebih sering cerita2 sama aku. Heee..).

“Dek, ini gimana cara makannya ya Dek? Harus sebelum makan yah? Kemaren dimunumnya sesudah makan.”
Aku meraih botol yang disuguhkan si Uda, suami pasienku itu.
Hmm…sukralfat, pikirku. “Ini satu jam sebelum makan atau dua jam sesudah makan yah Uda, Uni, agar obatnya bekerja lebih efektif.” Aku jelaskan.
“Ooh, begitu yaaah? Dek, sakitnya parah, kok Cuma dikasih satu macam obat yah? Bisa maintain obat yang lain ga?”
“Wadduh, itu bukan wewenang saya, uda. Yang bisa meresepkan Cuma dokter. Jadinya, nanti uda sampaikan saja keluhan2 yang dirasakan uni ke Bapak Dokternya yaah?”
“Ooo…makasih Dek.”
“Iya, sama-sama Uda.”

Karena ada yang mesti kukerjakan, jadinya aku ga berlama-lama di hadapan pasien itu. Aku kembali ke “markas” dan berjumpa dengan temen2 sesama praktek lainnya.

Hanya saja, ini yang kemudian menjadi tanda Tanya besar dalam benakku,
“Kenapa paradigm masyarakat itu, kalo ga banyak obat, ga sembuh? Kenapa coba?”
Padahal, jika bisa diminimalisir dengan satu terapi saja, dengan satu jenis obat saja, Sungguh lebih baik kalo menggunakan satu jenis obat saja. sebab, banyak obat, juga akan banyak sampingan2nya, dan memungkinkan juga interaksinya. Kalau aku siih, jika masih bisa diatasi dengan terapi non-farmakologis (yang ga pake obat2an), semisal dengan memperbanyak istirahat, dengan banyak2 konsumsi buah, maka aku lebih memilih untuk tidak usah makan obat saja.

Persepsi kedua, kenapa banyak orang yang beranggapan, kalo makan obat itu SESUDAH MAKAN. Nah loh?? Padahal, sebenarnya obat itu sebaiknya malah dikonsumsi tanpa makanan karena memungkinkan adanya interaksi dengan makanan atau menurunkan absorbs obat itu sendiri. Nah, untuk obat2 tertentu yang dapat mengiritasi lambung atau yang obatnya rusak oleh asam lambung, barulah dimakan setelah makan.

Nah…nah…, sebenarnya farmasis sangat berperan di sini! Tapiii, selama ini kan ga gituuh. Makanya, perlu adanya education dari farmasis kepada masyarakat, agar kesalahan di dunia perubatan dapat dikurangi. Semoga farmasis ke depan dapat mengambil peran dan melaksanakan fungsinya sebagai seorang farmasis yang sesungguhnya.

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked