Penjara Interne


Hari ini ada kejadian yang bagiku siih agak menggelikan. Heee…

Jadi begini, hari ni aku keasyikan banget crita-crita sama pasien sehingga aku ketinggalan “kereta” dengan teman2 yang mau diskusi sama dosen buat presentasi dan seminar case report. Padahal, case yang mau diseminarkan ituuuh jugah case aku yang notabene aku yang lebih paham seluk beluknya.

Nah…, ketika hendak keluar, ternyata jam besuk sudah habiiiis. Kalo jam besuk sudah habis, maka semua pintu2 keluar di tutup. Biar ndak sembarangan ajah lalu lalang menjenguk, betiu tujuannya. Jadinya, aku “terkurung” di dalam bangsal interne itu. Kaga bisa kluar. Huhu.

Biasanya siiiih ada satpam di depan gerbang keluar utama yang mau membukakan pintunya. Tapiii, agaknya kali ini pak satpam kaga nongol batang idungnya (plus seluruh komponen badannya dong! Hehe). Di mana siih satpam??? (ada di dalam bajunya! Trus dimana baju pak satpam? Dalam lemarinya! Kesimpulan, pak satpam ada dalam lemari! Hahaha, ngaco banget deeh!).

Nah kebetulan ada kakak se-PKP yang lewat di sana. Maksudnya ga ikut terkurung, tapi berada di luar. Kupanggilin,
“Uniii…unii…., tolong doooong, panggilin satpam dong! Tolong mintain kunci, Un.”
“Waddduh, lwt KU ajah dek.”
Howalaaaa….pupuslah harapankuuu.

Akhirnya, aku jalan ke KU dan bangsal interne lagi yang lumayan jauuuh, harus ke belakang. Waktu mau balik, ada seorang ibu yang nanya,
“Bisa dibuka pintunya Dek?”
“Wah..gak bisa. Bu.”
“Trus, lewat mana dong?”
“Hmm…mana yah Bu? Coba kita Tanya ke sana ajah, lewat pintu samping, Bu.”
Akhirnya, aku menuju ke sana.

Pas nyampe di sana, aku menemukan pintu itu juga bergembok! Huwaaa…
Tapiiii, masya Allah, kagetnya akuu. Aku ga nyangka, ternyata ada belasan orang yang juga hendak keluar yang ngikutin aku. Sepertinya mereka melihat aku teriak2 minta dipanggilin satpam dan mendengar omonganku dengan si ibu tadi. Aku ga nyangka deeh bakal diikutin begituuuwwh. Hadduuuuh, koq aku ga nyadar yaaah?
Hmm…mungkin mereka menganggap aku lebih tahu medan karena aku pake baju dinas begituwwh. Dan belasan orang itu adalah pengunjung yang telah membesuk kerabat mereka.

Akhirnya, setelah sedikit muter-muter, aku ketemu CS dan minta kunci sama si uni cs.
“Uniii…, plis uniii, nak kluarr niiiiiy. Huhu.” Akhirnya si uni CS yang ngasi kunci dan dia bilang, “Dek, nanti dikunci lagi yaaa, dan kembalikan lagi kuncinya.”
Akhirnya aku buka itu gembok, dan ada banyak orang yang akhirnya keluar. Ada yang nyeletuk, “Dek, makasiiih yooo. Ndeh, raso kalua dari panjaro.” Aku akhirnya jadi tertawa. Setelah semua orang keluar, baru akhirnya kau balikin kunci ke uni CS nya dan kemudiaaan, aku pun bebaaaaaas (dari penjara, hehehehe).

Pas nyampe di IFRS, di ruang diskusi, ternyata diskusinya sudah selesai. Huhu.
Duwwhh…, jadi ketinggal diriku niiih.

Tapi, akhirnya kau dapat plajaran dari kisah ini.
Hmm…barang kali, kita ga nyadar bahwa ada yang mengikuti kita (atau, menjadikan kita sebagai contoh). Barangkali, orang-orang menganggap lebih tahu, gituuh. (missal dengan pake jilbab yang panjang atau jenggoters, orang2 menyangka sudaaaaaaah pahaaaam ajah. Padahal, kalo boleh jujur ssiiih, kalo dibawakan ke dirikunya, ilmuku ituuuuh masssssssssih saaaaangat seddddiiiiiikiiiiit banget). Jadinya, ketika ada yang dianggap tahu, ada sebagian yang meniru dan menjadikan sebagai contoh. Walaupun kita sendiri gak nyadar.

Sama seperti kisah tadi. Ketika kita memiliki tujuan yang sama (yaitu sama2 ingin keluar dari bangsal) dan ketika itu mereka melihat ada orang yang lebih tau (karena pake baju dinas, yang notabene lebih paham medan, begitu mungkin mereka pikir), maka serta merta akan diikuti.

Nah, begitu pun dengan kehidupan kita. Ketika ada yang sama-sama memiliki tujuan yang sama, ingin ke arah yang lebih baik, dan kemudian melihat seseorang yang “dirasa” lebih paham, maka serta merta diikuti dan dicontoh. Secara tak langsung, dijadiin khudwah.
“Lihat tuh, anak si anu. Dia itu begini…begini dan begini…, makanya kamu tiru dia itu…” (heeee, ini salah satu contoh sahaaja tho). Walaupun yang dijadiin khudwah, ga nyadar dia sedang diikuti.

Hmm…,intinya, jadi motivasi siiih untuk lebih banyak blajar. Jangan sampai gara-gara kita, orang-orang jadi ga percaya dan jadi ilfil --sama akhwat misalnya--. Jangan sampai orang lain meniru hal2 yang ga bener dari kita. Bukan untuk biar dipandang orang, tapiiii, toh semuanya untuk diri kita jugah tho! (kembali lagi ke bab niat!). Sebabnya, amalan yang diterima kan yang dilakuin dengan niat dan tujuan yang benar, ikhlas dan caranya benar. Iya tho? Dan, mudah2an dengan itu pula, ketika kita ga nyadar,ada yang meneladani, insya Allah pahalanya buat kita jugah, tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti.

Okeh! Tak ada alasan untuk ga semangat!!!
Sumangaik!
Maannajah, Fathel!

3 comments:

  1. setiap kejadian, ada hikmah dan pelajaran, tentunya bagi siapa yang pandai 'membacanya'. dan kejadian yang uni alami ini, rupanya mendatangkan pemahaman baru bahwa terkadang orang menjadi 'tertipu' dengan penampilan seseoreang yang sebenarnya tak bermaksud seperti itu. Dan, semestinya apapun yang kita lakukan, kerjakan, ucapkan dipikirkan terlebih dulu karena siapa tahu ( tanpa setahu kita ) ada orang yang mengikutinya.

    ReplyDelete
  2. uchay, aufwiedersehen (bhs jrman= goodbye)
    ijh pai dr *b
    hehe
    dadah uchay
    always miss u ^_^
    (kito pindahan c f* k siko baa gak ti?)

    ReplyDelete
  3. @Abi :
    iya Abi...sepakat banget, Abi....

    @Jijah :
    waah..., akhirnyaaaa....hehehe..
    hayuuu, pindah dari *b, heehe..
    Ma blog yang Jah janjikan itu tuhh??
    buek lah lay,heee

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked