Galau [part 2]

Sekali lagi, wahai diriku, tak perlulah kau menakar harga sebuah kepantasan itu…
Bukankah sudah berkali-kali, kau dihadapkan pada ke-homologus-an ini…
Jadi, tidakkah kau belajar?
Tidakkah kau belajar dari itu semua?


Sudahlah, wahai diriku…
Seharusnya kau berdamai dengan semua ini…
Memang terasa sulit menjadikan segalanya tawar…
Tapi, itu hanyalah menyoal bagaimana kau memutuskannya…
Hanya sebuah settingan yang dapat kau switch-on dan off kan seperti halnya operon pada prokariyot…
Jadi, jangan lagi kau biarkan polymerase itu memperpanjang sekuensingnya…
Tak bisakah kau mencukupkannya sampai di sini saja, wahai diriku?
Tak bisakah kau—sekali lagi—menakar harga kepantasan itu? Tak bisakah?
Tak bisakah kau sedikit lebih aware, tentang siapa dirimu, yang penuh rombengan, dan hanyalah kumpulan kedhaifan ini? Tak bisakah, wahai diriku?

Bahkan tak jauh-jauh, bukankah kau sendiri yang telah pernah (bahkan berulang kali) gaungkan pada dinding hati… Tentang segalanya…tentang segalanya…sekali lagi, tentang segalanya…
Menjadikan segalanya tawar itu memanglah sulit…karena tak satu pun gradiensi itu dapat engkau hadang…
Maka, sebelum rantai metionin tersambungkan dengan valin, lalu glisin, lalu juga histidin, sebaiknya kau kosongkan saja segera ligasenya, atau polimerasenya, atau kau segera koding-kan saja stopkodon UAG…
Dan biarlah Rabb-mu saja yang memberikan keputusan terbaik…
Itu lebih baik, dari pada translasi itu berjalan sempurna akan tetapi kemudian mutasi AA polar dan non polar itu terjadi… Sebab, dalam banyak hal, justru yang sedikit itulah (bahkan hanya satu nukleotida) dapat mengubah peri-kehidupan seseorang…

Jadi, bisakah kali ini kau belajar lebih banyak, wahai diri? Setelah begitu banyak penyadaran-penyadaran yang seharusnya sedari dulu kau sadari…

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked