Almarhum Celengan Strowberry

Hemm.... sedari dulu aku tuh kepingiiing banget punya celengan yang bisa dipecahin kalo sudah overload atau kalau lagi butuh? Hihihi.... Entah aku yang kuper atau entah memang tidak available di kampungku, sedari masi pediatri dulu (halaaah, pediatri segalaaa, hahaha) aku tak pernah menjumpai celengan itu. Tapi tak apa lah, toh celengan bagiku bukan hal yang prioritas kala itu. Bahkan sering luput dari permintaan seorang bocah di saat banyak anak-anak lainnya yang doyan menabung. Hehehe
Sesampainya aku di kota, akhirnya aku berjumpa celengan idaman itu. Tapi tak begitu kugubris, karena pada dasarnya (sekali lagi) aku memang tak suka menabung. Hahaha. Parah ya?

Suatu ketika, Dewi pulang bawain celengan. Waahh, excited siiiiihh. Tapi yang ada di pikiranku kala itu adalah... "Ini keisi nda yah?" hehehe.... Jadilah, celengan motif strowberry itu menemani hari-hariku (loh?). Hee...

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Jika si celengan bisa bicara, mungkin dia akan protes, "Plis, Fatheeell, kasi aku makaaaan doooong. Masa nda satu pun duit yang masuk ke perutku...." Hehehe. Iya nih, si Strowberry (anggap saja namanya gituhh, hehe) yang makanannya itu duit, mungkin udah laperr banget  dan udah kwarsiokhor dan marasmus kali yah karena nda pernah dikasi makan (maruk amat yak si strowberry? koruptor ajaah yang doyan duit, nda suka makan duit alias nelen duit kan ya? hehe).

Tapi, lama kelamaan aku kesian juga tuh ama si strowberry. Mulailah aku rajin memberinya makan. Mulai dari lembaran biru kehijauan, lembaran abu-abu, lembran cokelat ke-orens-an, lembaran merah, lembaran biru agak tua, lembaran hijau, dan tentu saja si receh-receh bekas kembalian tiket KRL (hwaaaa, ngomong-ngomong soal KRL, tiketnya naiiiiiiiiiiiiiikkk bo! Di saat-saat kereta begitu istimewa dan menjadi kendaraan favorit dan bener-vener lagi dibutuhkan, dianya malah naiiiiikkkkk.... >.<).

Hingga suatu ketika, si strowberry udah mulai gemukan. Berat badannya nambah terus. Akhirnya dia nda kurang gizi lagi deehh. Aku begitu seneng ama si strowberry. Dia bikin aku rajin nabung. Bayangkaan, aku yang males nabung tiba-tiba jadi suka nabung gara-gara strowberry? Kerreeen kaaan si strowberry. Hehe...

Hingga akhirnya, ketika aku masuk stase ICU, dan aku butuh bangeeett buku ICU. Mau tau bukunya??
Kerreeeen loooh. Apalagi buat kamu0kamu yang kerja di ICU, jangan lewatkan buku yang satu ini.
Ini loh buku ICU itu.... yang aku demenin buat dibaca. hehehe
Yaa, little book siih. Nda tebel-tebel amat. CUMA 781 halaman ajaah. Hehehe. Nah, permasalahannya adalah, saat ini tak ada budget buat buku ICU. Jadi, satu-satunya jalan adalah... dengan mengorbankan si strowberry.... Huhuhu sedihnyaaaa....

Dan, akhirnya satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah MEMECAHKAN STROWBERRY...
Walaupun aku sebenernya AMAT SANGAT INGIN MERASAKAN SENSASI MEMECAHKAN CELENGAN, tapi aku sejujurnya juga sediiiihhh banget ketika harus memecahkan celengan.



Hemm... Sebenernya aku masih ingin bersama strowberry. Tapi yasudahlah. Buku ICU itu hanya dijual di luar negeri. Setahuku tak dijual di Indonesia. Jadi, mumpung aku punya kesempatan untuk memilikinya, kenapa mesti aku lewatkan? Ya nggak?! Buku ICU harganya Rp. 139.400,- Dan sebenernya ada satu buku lagi yang penting. Oxford Clinical and Laboratory Investigation. Harganya lebih mahal dari buku ICU. Tapi, aku punya e-booknya. Hehehe. Meskipun pada akhirnya si strowberry bisa ngebantuin aku untuk membeli kedua buku itu, tapi aku cuma beli satu saja. Dan, alhamdulillaah bermanfaat sangat.

Hemm....sekian cerita tak penting dari aku. Hee... Tapi yang jelas, strowberry sudah mengajarkanku betapa pentingnya menabung. Untuk orang-orang yang memang tak gemar menabung seperti aku, sebaiknya belajar dari si almarhum strowberry (karena udah aku pecahin, jadi udah almarhum) lebih giat lagi nabungnya. Karena, mungkin saja ia akan menolongmu di saat kau sedang amat sangat membutuhkannya? Hehehe....

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked