Buntut Anjloknya Kereta

Hari ini ada peristiwa yang cukup bikin deg-deg-an. Hehehe.... Biasanya, aku berangkat ke RSCM pukul 5.30 dari kosan. Setelat-telatnya itu 5.40. Tapi berkat ada kebijakan PT KAI yang mengkhususkan rangkaian kereta khusus wanita, jadi aku memilih untuk menaiki kereta itu yang jadwal keberangkatannya dari stasiun Pocin jam 7. Artinya, aku masih bisa berleha-leha (ko berleha-leha yah? hehehe) di kosan hingga jarum jam menunjukkan angka 6.30. Artinya, aku bisa lebih telat satu jam. Hehehe...

Tadi pagi aku sudah bertekad dengan sepenuh-penuhnya tekad untuk naik kereta wanita saja. Tak rusuh sedikitpun dengan dua temenku yang sudah berangkat duluan jam 5.30-an itu. Pokoknya, apapun yang terjadi, aku akan berangkat dengan kereta wanita. Titik! Hehehe (ngotot amat yah? hihi...). Ketika sampai di stasiun, terlihat penumpang yang ramai sangat. Masya Allah, ramai sangatlaaahh... Oh iya, aku lupa menceritakan, bahwa waktu antrian tiket dibelakangku seorang wanita yang tiba-tiba mau ngebatalin pemberangkatannya menggunakan jasa KRL. Hemm....pasti ada sesuatu nih kalo udah gini...

Wah ternyata benar! Masya Allah, ada kereta yang anjlok di stasiun Cilebut jam 6.35 dan nutupin kedua rel. Jadi, kereta wanita yang dari stasiun Bogor so pasti udah kejebak di stasiun Cilebut atau malah nda berangkat? Entahlah... Arus dari arah selatan (arah Bojong Gede, Citayam, Depok menuju Jakarta) menjadi padat sangaaaatt! Masya Allah...

Aku liriki jam tangan orang disebelahku (hahaha, soalnya aku nda punya jam tangan), sudah menunjukan jam 7.20! Dan aku harus nyampe RSCM jam 8. Rasa-rasanya imposibel bisa nyampe RSCM jam 8. Soalnya, Pocin-Cikini sahaja sudah memakan waktu skitar 40-45 menit. Dari stasiun Cikini ke RSCM kan juga memakan waktu sekitar 10-15 menit.

Tiga KRL Commuter dan satu KRL ekonomi yang udah lewat itu luarrrr biasaaaa padaatttnyaaa... Sampai-sampai nihh yaa, kalo kucing ajah nda bisa masuk tuuh, apalagi manusia. Whaaaahhh...bisa dibayangkan betapa gerah, sempit dan superduper overloadnya itu kereta. Dan berada di dalamnya adalah suatu siksaan dunia yang amat sangat (lebay!). Tapi, tetep dinaiki oleh penumpang, demi...demi...ya demi si demi. Hee...

Aku memutuskan untuk tidak naik di komuter padat penduduk eehh penumpang itu... Sudah tak sanggup menghadapi lautan manusia di dalam kereta. Nggak sanggup harus kegencet-gencet yang berakibat nausea-vomiting bahkan mungkin hipoksia kali yah? Hehe... Soalnya rebutan O2 juga kaaann. Apalagi kalo ada H2S pula. Malah makin memperburuk prognosis. Hihi... Ditambah lagi aku belum sempat sarapan. Mana aku terakhir kali makan besar (makan nasi beserta lauknya) itu kemarin siang. Karena malem, sepulang RSCM (aku nyampe di kosan deket-deket adzan Isya), aku langsung tewas seketika dari baru bangun lagi sebelum subuh. Agak-agaknya angka survival per-KRL-an aku memang sedikit rendah. Hehehe....


Tapi...tapi....aku sudah sangat telat. Dan aku sudah sangat ketergantungan berat dengan KRL untuk menuju RSCM. Kalo naik bus? Oalaaaa.... mungkin bisa menghabiskan waktu 2 jam lebih deehh. Kereta kan cepeeett alias kecepatannya tinggi dan bebas maceeett dan cuma ngetem di stasiun selama kurang dari 1 menit, kecuali Stasiun Manggarai yang suka agak lama. Hee... Jadi agak sedikit nyesel ndak ikutan Mba Eka dan Mak Dewi yang berangkatnya naik kereta jam 6 kurang. Hehehe....

Dan, setelah penantian sekian panjang akhirnya lewatlah kereta ekonomi tujuan Jakarta Kota. Penumpang udah bejubel di atap kereta. Harus naik niiiih. Padahal aku beli tiket commuter yang harganya lebih dari lima kali lipat harga karcis ekonomi. Tapi tak apa lah. Sekali lagi... demi si demii... Hehehe. Karena KRL ekonomi tak ada prosesi tutup buka pintu otomatis, jadi berasa lebih longgar. Aku naik ekonomi, pagi-pagi! Waahh, ini kejadian langka sebenernya! Soalnya kereta ekonomi pagi itu semua orang juga tau bahwasannya kepadatannya itu mungkin melebihi kommuter di pagi hari. Hehe. Lain cerita kalo siang hari. Mending naik ekonomi mah! Lebih murah dan lebih bersahabat dengan kantong mahasiswa. Hehe....

Alhamdulillaah, meski terlambat, akhirnya aku tiba di poli Geriatri dengan selamat. Alhamdulillaah... Alhamdulillaah lagi, poli geriatri adalah tempat terdekat dari stasiun Cikini. Alhamdulillaah...

Hemm.... kejadian pagi ini menjadi pelajaran berharga bagi aku. Ketika kita suka menunda-nunda sesuatu (paling sering nih aku), mungkin kita akan lebih banyak menuai penyesalan. Itu buntutnya. Belum lagi kesusahan, keterjepitan dan ke-deg-deg-an yang kita alami atas keterlambatan sebagai akibat dari penundaan kita. Menunda-nunda berbuat baik, padahal tak ada yang bisa jamin apakah hingga nanti sore kita masih punya kesempatan berbuat kebaikan yang sama.

2 comments:

  1. Kakak..ini cerita terkesan horor..tegang gitu ngebacanya..ampe nahan nafas...

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked