Suara tangisan itu cukup menarik perhatian aku. Meski sudah berulang kali menyaksikan, tapi tetap saja mengundang mata untuk melirik sumber suara. Terenyuh. Sungguh, ini bukan pemandangan yang luar biasa sebenarnya. Sudah sering aku menyaksikannya. Tapi, tetap saja mengaduk-aduk rasa di hati. Tak terdefinisi. Pilu. Sedih. Terenyuh. Menggetarkan...
Ya, ini mungkin memang bukan tempat biasa. Ini adalah tempat di mana manusia dihadapkan pada dua hal, kesembuhan, atau kematian. Ini hanyalah tempat untuk orang-orang yang diambang dua alam tersebut. Tetap bertahan di dunia yang fana kah atau berpindah ke alam selanjutnya. Ya, inilah tempat untuk mereka yang membutuhkan perawatan intensif. Untuk kasus-kasus berat yang merenggut seluruh energi yang mereka punya. Tempat di mana kesibukkan orang-orang berseragam putih dan biru terang mencapai puncaknya. Tempat di mana 1 tubuh bisa saja digerayangi sampai sepuluh macam lebih peralatan medis.
Suatu ketika, "Suster, Bu X yang di bed 14 di mana yah?"
"Waahhh, udah meninggal Mba."
""Innalillaahi wainna ilaihi rooji'un."
"Eh, pasien yang udah vegetative state itu udah meninggal." Hanya bisa berdesis, "Innalillaahi wainna ilaihi rooji'un."
"Fathel, pasien yang Hellp syndrome dengan kondisi la..la..la itu sudah meninggal jam sepuluh tadi." Itu SMS temanku. "Innalillaahi wainna ilaihi rooji'un." Lagi-lagi, hanya bisa berdesis.
Padahal, baru dua jam sebelumnya aku monitoring pasien itu. Dan, dua jam kemudian... Ia sudah mengakhiri kefanaan dunia ini. Ya, begitulah. Segala upaya sudah dilakukan dengan cara terbaik. Dengan prosedur diagnostik terbaik. Dengan treatment terbaik. Tapi, Allah-lah yang memiliki kuasa. Manusia, sungguh yang dipunyainya hanyalah kedhaifan belaka, sehebat apapun ia di mata manusia lainnya, seberapa lama pun pengalamannya, sepanjang dan sebanyak apapun titelnya. Tetap saja, manusia hanyalah kumpulan keterbatasan saja.
Dan, inilah yang kemudian menjadi pelajaran berharga. Bagiku terutama. Belajar dari nasihat yang diam. KEMATIAN. Ya, kematian adalah nasihat diam yang mengingatkan kita, tentang hari di mana kita juga akan menyusul mereka, orang-orang yang telah mendahului kita.
Hanya saja, seringnya kita menyaksikan kematian, atau berhadapan dengan berita-berita kematian, SEMOGA tak membuat HATI kita RESISTEN terhadap nasihat kematian itu sendiri. Kematian mungkin adalah sesuatu yang wajar (apalagi untuk orang-orang yang sering menemani orang-orang di ambang kematiannya), tapi ia meninggalkan nasihat yang luar biasa untuk diri kita. Akan dengan cara apakah kita mengakhiri kehidupan kita? Baikkah? Burukkah? Naudzubillaah--semoga akhir itu adalah sebaik-baik penutup hari-hari kita di dunia yang hanyalah fana ini.
_________________
Saat terduduk lemas di ruang ICU rumah sakit X, demi mendengarkan berita kematian itu. Selamat jalan Mba NS. Smoga Allah hapuskan dosa-dosamu atas kesabaranmu menghadapi hari-hari yang ditemani penyakitmu, pun ketika sakitmu itu telah mencapai puncaknya di umurmu yang masih 28 tahun.
Nasihat yang Diam
Related Posts:
Aku dan Kemenangan Banyak orang menyangka, aku adalah laki-laki, karena namaku seperti nama laki-laki.. Hihi. Setiap kali ada orang baru via dunia maya semisal via e-m… Read More
Untukmu, Wahai Diriku... … Read More
Never Stop to Study Never Stop to Study.... Karena hidup ini tak lain adalah pembelajaran…, Maka tiada kata berhenti untuk Belajar… Teruslah Belajar…. Teruslah Be… Read More
Memilih untuk Tidak Memilih? Seperti biasanya “hari pakan” di kampungku, aku memang senantiasa ke pasar untuk membeli segala sesuatu yang akan dimasak. Meski amak-amak di sekeli… Read More
Inspirasi yang Terus HidupBeberapa hari ini, bahkan tak cukup seminggu, aku kaget sekaligus berduka dengan berita-berita kepergian banyak sosok. Bukan saja sosok-sosok yang dik… Read More
siip..persiapan kita skarang adalah untuk mati. :)
ReplyDeletesiiip sepakaattt aul.. :)
ReplyDelete