Mari meng-upgrade rasa syukur kita yuuk. Ngajakin diri sendiri terutama. Hee....
Dulu waktu aku masih sekolah maupun kuliah S1, yang namanya penyakit publik figure (loh?) hanya kutemui dalam bentuk manuskrip maupun teksbook, yaa seenggak-enggaknya jurnal. Maksudku penyakit publik figure bukanlah penyakit orang yang ngebet pengen jadi artis, tapi adalah sesuatu yang kutemukan hanya di teksbook-teksbook dan rasanya sulit untuk ditemui di dunia nyataku yang memang orang kampung. Hihi... Saking publik figure nya, aku hanya bisa membacanya lewat buku saja, lewat textbook atau bahkan di televisi saja (yang kebanyakan di filem-filem apalagi sinteron suka ngacooo, hihihi) tanpa berjumpa kasus nyatanya. Sebagai contoh saja, penyakit hemofili. Hemofili itu sendiri aku baca sejak masih SMA dulu yang kisah klasiknya itu adalah di kerajaan Inggris. Pernah baca nda sih? Yang pernah SMA sih kurasa tau lah yaaa... Atau, kisah klasik pendonor ginjal di tipi-tipi yang sering kita saksikan? Hehe... kalau aku sihh sejujurnya, sebagai orang kampung, tidak pernah berjumpa penyakit-penyakit public figure semacam itu. Hanya skedar tau dan pernah dengar.
Tapi, pas lagi masuk bangsal sekarang, aku berjumpa banyaak sekali penyakit public figure yang complicated. Mereka adalah pasien-pasien rujukan yang datang dari berbagai daerah yang biasanya sudah tak tertangani lagi di rumah sakit di daerah mereka. Ternyata aku berjumpa nyatanya. (kedengarannya ko kolot amat yak? hihihi...ya biarlaahh!). Aku dengerin nama sakitnya ajaah nih yaa udah berkerut tujuh nih jidat. Kaya AVMs, PDA, VSD, SNRS, de es be. Kamu juga bingung kaaan yaahh? Hihihi... Nyari temen! Kalo gula, tensi tinggi, kolesterol, itu mah udah sering berjumpa kalii yaahh. Heuu...
Well, aku tak akan bercerita banyak soal penyakitnya (loooh?? kurang banyak apa lagi sih Fatheeeell? heuuu). Yang menarik untuk kuceritakan justru adalah tentang after effect dari itu semua.
Begini, jika kamu hari ini masih bisa menikmati makan enak, mengunyah lauk, meneguk segelas jus, atau apalah itu, maka jangan pernah remehkan itu. Itu bukan sesuatu yang biasa-biasa saja yang menjadi suatu kemestian. Tapi, lihatlah. Ada orang yang makanannya harus dimasukin secara langsung ke lambungnya. Jadi dibikin lubang diperut dan makanan langsung dimasukan ke sana. Enakkah? Sungguh, dia tak dapat merasakan enaknya makanan, pahit manis asam asin gurih nya si makanan. Dan, bukankah nikmatnya makan itu ada di mulut saja? Enakkah terasa jika ia sudah sampai kerongkongan? Dan, sungguh...nikmat mengecap itu adalah nikmat yang luar biasa dari-Nya.
Jika kau dapat (maaf) buang air besar dengan leganya, maka bersyukurlah. Sebab ada orang yang harus dibuatkan stoma di perutnya untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan tubuh. Maka, bisa BAB dengan cara normal, itu adalah suatu yang patut kita syukuri yang mungkin selama ini kita anggap adalah suatu kemestian belaka, "ya, memang semestinya begitu kan?" mungkin begitu kita berpikir.
Jika kamu dapat lari-lari, jatuh dan lebamnya dapat sembuh sendiri, maka bersyukurlah. Sebab, ada orang yang tak dapat menikmati itu semua. Bahwa dengan kesenggol bola saja mereka harus dirawat di rumah sakit karena pendarahan yang hebat hanya karena luka yang tak seberapa. MUngkin kamu tegores cutter masih belum apa-apa, tapi mereka, butuh transfusi darah hanya karena luka cutter bahkan lebam dan luka yang bagi kita dapat sembuh dengan sendirinya.
Dan jika kau masih dapat menghirup udara dengan bebas sebebas-bebasnya, maka bersyukurlah. Sebab ada orang yang harus dibantu bernafas, dan oksigen yang mereka hirup mesti bayar dulu. Padahal, mungkin bisa bernafas bagi kita adalah hal yang sangat sederhana. Bahkan suatu kemestian bagi sesiapa saja makhluk hidup.
Ya begitulah, mungkin kita(terutama aku) lupa bersyukur, bahkan untuk hal-hal yang sering luput dari pemangamatan kita karena menganggap itu semua adalah hal yang semestinya dan biasa-biasa saja. Padahal, begitu besar nikmat-Nya itu...pada diri kita....
Semoga ini meng-upgrade kesyukuran kita, atas nikmat-Nya yang tak ternilai harganya....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Betapa banyak anugerah Allah yang diberikan kepada kita, sampai-sampai tak jarang kita tak menyadari yang mana saja; maka upgrade syukur sungguh penting sekali.
ReplyDeletesepakat Ustadz... Jazakallaah
ReplyDelete