Galau [part 1]

Setelah bersusah payah mengeluarkan diri dari jejaring perangkap itu, akankah aku biarkan kembali perangkap baru menjejaliku hingga sulit untukku berlepas diri darinya?
Ah, tidak! Sungguh, tak ingin kubiarkan diriku kembali terperangkap pada jejaring lagi, apapun itu…
Aku sungguh tak rela menjadikan diriku bagaikan keledai dungu yang berkali-kali terjatuh di lubang yang sama…
Sama seperti aku tak ingin membodohi diri dengan harapan yang sama yang pernah ada…
Aku tak ingin, sungguh…

Kadang, aku lebih ‘menikmati’ untuk dilukai ketimbang melukai…
Sebab, kali saja, luka terasa semakin resisten di hati…
Mungkin karena aku memang harus sering-sering berdamai dengan luka…
Bahkan, tak lagi terasa perih, sebanyak apapun acidic yang ditumpahkan di atasnya…
Kebas….sungguh sudah begitu kebas…
Melukai justru menjadi hal yang paling sulit untukku…. Sangat sulit!
Biarlah aku yang patah…
Biarlah aku yang berdarah…
Biarlah aku yang terluka…
Sebab aku telah banyak terluka…
Dan aku sudah punya penawar-penawar atas luka yang kebas itu…
Maka, sekali lagi, tak perlulah engkau ragukan, biarkan diriku saja yang terluka…

Mungkin ini kedengarannya begitu bodoh…
Ya, begitu bodoh…
Tapi aku hanya tak ingin mensintesa sekuensing dari template yang sama lagi, sungguh ingin kudelesikan saja segalanya dari nukleotida-nukleotida rasa… Atau insersi yang akan merubah sekuens nya…
Bukan susunan purin-pirimidin ATGC…bukan ATGC, sekali lagi…
Jangankan sebuah sintesa, bahkan transkripsi saja sudah begitu sulit…
Maka, aku tak ingin ini menjadi sebuah paralogus dalam kehidupanku yang terus berulang…
Aku ingin, ia menjadi ortologus saja…
Menjadi ortologus saja, kumohon…
Sebab aku tak ingin ada sekuensing itu lagi…

2 comments:

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked