Silakan.. monggo... sok atuh... kunjungi:
www.gudangabaya.com Fanpage : gudang abaya Twitter : @GudangAbaya
Instagram : gudangabaya
-pashmina
-niqob/cadar
-khimar 'Melangit'
www.gudangabaya.com Fanpage : gudang abaya Twitter : @GudangAbaya
Instagram : gudangabaya
Jalan pagi (dan sekarang malam) sekitar lima keliling di taman belakang adalah rutinitas yang kami jalani dalam minggu-minggu terakhir ini. Dan kadang lima keliling terasa sangat jauh. Padahal kalo jalan di mall, berasa nda begitu capek yaaa? Hihihi... Ini adalah ledekan dari seseorang niih... :P
Untuk mengatasi yang terasa sangat jauh itu, kita membuat permainan-permainan yang kira-kira akan membuat rutinitas jalan lima keliling terasa dekat dan mengalihkan perhatian dari menghitung jumlah keliling. Hihi...
Permainan kali ini, idenya muncul dari suamiku tercinta yang dibuat sendiri. Bukan nyontek dari permainan yang sudah ada. Hehe... The power of creativity ini mah namanya. Proud of him. :)
Pada mulanya, permainannya terlihat sangat simple ketika pertama kali suamiku menjelaskan rules nya. Hanya menyambungkan kombinasi huruf dan angka tiap langkah yang kita tempuh. Pemain yang pertama menyebutkan angka 1 di langkah pertama. Lalu di langkah kedua dan ketiga pemain kedua menyebutkan huruf A dan angka 2. Selanjutkan kembali ke pemain pertama menyambungnya dengan angka 3 dan huruf B di langkah keempat dan kelima. Lanjut ke pemain kedua menyebutkan angka 4 dan huruf C. Begitu seterusnya. Rules awal kita hanya sampai huruf E. Setelah both of us saling memahami rules nya, permainan ANGKA, HURUF, dan LANGKAH pun dimulai.
Meski terlihat simpel, tapi nyatanya setelah dilakukan; tak sesimpel yang kita bayangkan. Kerap kita melakukan kesalahan. Bahkan setelah kita melewati satu keliling taman (satu keliling setelah kita hitung sekitaran 350-400 langkah. Hihi... niat banget yaak ngitung?? Ya bukaaan! Ini adalah permainan kita sebelumnya. Sebelum permainan yang aku ceritakan di sini. Hehe). Nah, ternyata setelah melewati sekian ratus langkah, permainan yang sebenarnya cuma butuh 10 langkah untuk 1 circle itu pun belum berhasil dengan perfect. Bahkan untuk 2 circle saja sekali pun.
Ternyata, kuncinya adalah konsentrasi penuh! Jika kita berkonsentrasi untuk melakukan permainan ini, maka in syaa Allah memang simpel. Tapi jika kurang berkonsentrasi, sesuatu yang terlihat begitu simpel dan sederhana, akan menjadi sulit, seberapa simpel pun kita memandangnya.
Permainan ini mengajarkan kita tentang arti pentingnya konsentrasi dan kesungguhan. Berkonsentrasi dan bersungguh-sungguh. Bukan hanya soal permainan tapi juga soal banyak hal dalam hidup ini. Jangan pernah memandang remeh sesuatu yang terlihat simpel dan sederhana. Selama kita tidak berkonsentrasi dan bersungguh-sungguh, yang simpel dan sederhana itu pun akan menjadi sulit.
:)
Makan Bajamba di Wisma Hurriyah, 2009 |
telur |
Cinta itu... tidaklah seperti sepotong kue..
Sepotong kue... akan semakin sedikit potongannya jika dibagi-bagi pada banyaknya orang yang menikmatinya. Besar kecilnya porsi kue adalah bergantung pada seberapa banyak orang yang harus dibagi. Ia nya adalah hukum yang berbanding lurus.
Tetapi cinta tidaklah demikian dan itulah ajaibnya Cinta. Porsinya sungguh sama sekali tidak bergantung pada jumlah orang yang akan dibagi. Cinta adalah sesuatu yang tak pernah habis dan sama sekali tidak berbanding lurus dengan banyaknya penerima. Sungguh, cinta itu pembagiannya unik dan tak pernah habis, berapapun jumlah yang dicinta.
Seorang anak yang dibesarkan oleh orang tuanya kemudian menikah, tidaklah serta merta membagi cinta sang anak tersebut. Kedua orang tuanya masih mendapat porsi cinta yang sama. Kini, cinta itu hanya bertambah... kepada orang yang menikahi/dinikahinya. Pun ketika setelah pernikahan itu menghadirkan anak, porsi cinta tetaplah tidak terbagi. Akan ada cinta yang baru lagi yang porsinya tak bisa dibilang terbagi atas cinta-cinta orang-orang sebelumnya. Lantas ketika anak kedua lahir, tidak pula akan membagi cinta sang kakaknya. Sebab, lagi, ada cinta baru dengan porsi yang sama. Itulah Cinta... Bahwa ia bukan seperti sepotong kue yang dibagi-bagi. Cinta adalah energi yang terus bertumbuh... dan tidak berkurang jumlah maupun porsinya dengan pertambahan orang yang dicintai.
Begitulah, setiap Cinta punya lokusnya. Dan setiap lokus punya porsinya. Akan tetapi koridornya tetap sama, bahwa lokus terbesar tetaplah cinta-Nya... yang menjadi prioritas utama...
Salam penuh Cinta...
#renungan cinta dan sepotong kue...
Di penghujung maghrib negeri sejuta masjid, Riyadh...
29.08.2014 19.36 pm.
Roti B0y first trial |
Salah satu pemandangan yang sangat menakjubkan di bulan Ramadhan di Masjidil Haram adalah... pada saat menjelang berbuka puasa. Inilah the month of sharing di mana ratusan (mungkin sampai lebih dari seribu orang) berlomba-lomba memberi... baik itu kurma, air minum, teh, dan berbagai menu ta'jil lainnya. Dari makanan berat hingga hal sederhana seperti mengambilkan air zam-zam untuk minum, menyediakan tissue dan sufrah, hingga memberesi sampahnya. Benar-benar perlombaan kebaikan yang mengagumkan di mana orang-orang berlomba-lomba menawarkan kebaikannya... Yang memberi kadang justru berterima kasih karena yang diberi bersedia mengambil pemberiannya... Ma Syaa Allah...
*just a short sharing
*no pict bukan berarti hoax :P
Sate Padang Ala Akuuu :)) |
Onde-Onde ala Akuuuu :)) |
Kamera Termahal :)) |
=======ANTARA NIKMAT DAN SYAHAWAT
Bila seseorang mencari pasangan hidupnya dominan unsur syahawatnya, maka menikah baginya hanyalah kesengsaraan, bukan kenikmatan. Nikmatnya hanya beberapa menit dalam satu atau dua bulan pertama. Setelah itu yang ada hanyalah penderitaan. Bila istri sudah hamil, kenikmatan mulai berkurang. Apalagi kalau hamilnya bermasalah. Setidaknya rasa mual, tidak suka dengan aroma tertentu, muntah-muntah tiap sebentar, tidak berselera dengan makanan tertentu dan berbagai permasalahan lainnya. Apalagi kalau sampai terbaring, harus istirahat, sering pendarahan dan lain-lain.
Maka suami akan berubah menjadi pelayan istri. Menyiapkan makanan sendiri, mengurus rumah, mencarikan alternatif makanan bagi istri yang lagi tidak berselera makan. Tak jarang ada suami yang harus menggendong istrinya dari kasur kesumur dan sebaliknya. Mengangkatnya ke mobil dan tiap sebentar harus pergi ke dokter. Kalau sekali-sekali mungkin masih bisa dikerjakan dengan senang, kalau hampir tiap hari seperti itu, tentulah itu beban yang berat.
Apalagi bagi sang istri. Kondisi hamil telah membuat perubahan-perubahan pisik, jiwa dan emosional. Berbagai kepayahan akan dia tanggung dalam jangka waktu yang panjang. Selama masa hamil sampai melahirkan, hingga tuntasnya masa menyusukan. Lebih kurang 3 tahun lamanya. Karenanya, para pengumbar syahawat tidak berminat untuk menikah, karena itu penderitaan. Kalaupun menikah, biasanya tidak bertahan lama. Kalaupun bertahan lama, biasanya diselipi dengan selingkuh dan sejenisnya.
a fresh lemonade :) |
Belasan tahun berlalu. Di mana aku tidak tahu, entah siapa yang telah memoles wajah lugu itu menjadi begitu terlihat "mengerikan" di mataku. Mungkin sebagian orang menganggap itu bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. Tapi... tidak bagiku...
Itu sangatlah memprihatinkan.
Belasan tahun berlalu. Dulu semasa kecil bermain bersama. Sekian jeda tahun, seakan telah luput. Tak pernah bersua. Jika pun bersua, hanyalah sekejap mata. Tapi seperti kejadian ajaib. Setelah sekian lama jeda waktu terhitung tahun itu, wajah yang dulunya lugu, polos, tidak mengerti arti make over, apalagi pakaian minim, kini membuatku begitu terhenyak. Hanya secarik kain kekurangan bahan yang menutupi tubuh itu. Kerudung hanya formalitas. Sekali dipakai, lain kali berganti dengan gaya--yang katanya--sangat modis. Modis ya modis ala kebarat-baratan. Rok yang hanya 10 senti, baju tanpa lengan. Pernah pula tak sengaja... berjumpa potretnya tengah bersama seorang lelaki yang pasti bukanlah suaminya karen ia belum menikah. Dan posenya itu... sungguh memilukan...
Termanguku di sudut sepi. Alangkah mahalnya hidayah itu... alangkah mahalnya... Meski aku belumlah purna, belumlah bisa menjadi lebih baik... tapi hati ini tetap miris... Miris menyaksikan pemandangan dari kejauhan... tentang wajah lugu yang kini sudah tak kukenali lagi. Tak kukenali lagi, siapa dia, jauh... dan sungguh jauh... Dan mungkin... aku terlalu terlambat untuk menyadarinya... setelah sekian lama waktu berlalu.... setelah belasan tahun...
Semoga.... semoga... semoga hidayah senantiasa terlimpah atasku dan keluargaku... dan juga semoga hidayah menghampirinya... menarik secarik kain singkat... agar menutupi seluruh tubuhnya...menghapus seluruh aksesori warna warni di wajahnya...berganti wajah bersahaja, wajah teduh, wajah polos sebagaimana yang kujumpai belasan tahun silam...
Alhamdulillaah... alhamdulillaah... tsumma alhamdulillaah...
Tiada kata selain syukur yang teramat dalam ke hadirat-Nya. Allah telah karuniakan untukku suami terbaik yang senantiasa membuatku bersyukur dengan kehadirannya, mengisi separuh jiwaku.
Alhamdulillaah....
Perjuangan ini ternyata tidak semudah bayanganku. Ketika berhadapan dengan nausea, vomiting, fatigue yang persistent (semoga untuk 3 bulan permulaan saja). Sungguh support dari suamilah yang banyak menguatkanku. Terima kasih ya Allah... Terima kasih Cintaku...
Riyadh, 1st Anniversary, 19-04-2014
Satu tahun yang indah bersamamu... :)
Agaknya sudah lama menghilang dr dunia perblogeran. Dan sudah hampir 3 minggu pula si lepi tidak tersentuh. Hehe... alasannya sederhana; lost of appetite dan tetiba.... "hueeeekk...hueeeekk"
Tapi tetap smangaaaatttt doong... ini sungguh perjuangan yang luar biasaaaa... makanya menjalaninya dg penuh semangaaaattt...
(Heh? Tulisannya segini doang?? Nanti yaa in syaa Allah kita lanjut lagi cerita2nya)
Suatu malam yang membuatku sangat menyesal adalah terlalu serius menanggapi diskusi (yang layaknya disebut perdebatan). Menyesal telah menghabiskan banyak energi sementara "mereka" merasa yang paling suci, yang paling sunnah, yang paling bener tidak pernah merasa salah, tak sedikitpun cela pada diri mereka. Merekalah yang paling benar. Bahkan, hilanglah sopan santun dan keluarlah kata-kata "aslinya". Katanya sih buat mengingatkan, tapi koq yaa kata-katanya itu lho... jauh dari sopan. Subhanallah...
Pembahasan itu, seharusnya tidak udah lagi dibahas. Toh, masing-masing memang punya landasan dalam melakukan sesuatu. Hal yang paling membuatku menyesal adalah aku telah menghabiskan waktu, menguras energi untuk menanggapi sesuatu yang seharusnya tidak perlu ditanggapi.
Selang beberapa saat setelahnya, datang pula komentar di jejaring maya dari "manusia sebangsa"nya yang kata-katanya--subhanallah--sangat "indah". Saking indahnya, kita tidak bisa lagi membedakan apakah kata-kata itu berasal dari lisan orang yang katanya paling lurus, paling ikut sunnah, paling benar dengan bahasa sumpah serapah di pasaran. Penuh caci maki dan emosi.
Aku tidak menggeneralisir semuanya sama, toh aku juga bersahabat baik dengan sebagian lainnya. Sekali lagi tidak semua, hanya sebagian. Tapi aku menemukan beberapa dari mereka berbahasa sedemikian rupa, seolah merekalah yang paling benar, paling suci, tidak pernah salah... Mereka mengatakan, tidak "berkelompok", tapi sejatinya mereka tengah "mengelompokkan" orang selain golongannya bukanlah orang baik, ga ngikutin sunnah rasul dan judgemen lainnya.
"Ga usah terlalu ditanggapin serius lah. Ngabisin energi aja. Lebih baik kita lalukan yang terbaik, apa yang kita bisa." Kata suamiku. Hehe... iya yah. Ngabisin energi ajah... seharusnya ga perlu ditanggapi serius yaa? ;)
Wah, tidak berasa yaa, besok udah PEMILU.
Semoga Allah menangkan orang-orang yang memperjuangkan agama-Nya di muka bumi Indonesia ini.
Jika dari "kalangan mereka" begitu penuh perjuangannya menengakkan "millah" mereka, masa sih kita tidak ikut berjuang untuk menegakkan Ad-diin ini di tataran pengambil keputusan dalam bernegara?
Sebenarnya agak sedikit menyesal, belum banyak kontribusi aku dalam perjuangan "memenangkan" orang-orang yang menegakkan Ad-din ini, sementara pihak "seberang" sebegitu gencarnya... :(
Dalam Islam, jangankan politik dan urusan kenegaraan, masuk WC aja ada aturannya... Dan mengambil bagian dari politik adalah salah satu hal yang dianjurkan oleh Ad-din yang mulia ini. Salah satu "instrumen"nya adalah dengan bergabung dalam parlemen. "Merebut" suara agar keberpihakannya adalah kepada Islam, rahmatan lil 'alamiin. Menjadi bagian dari parlemen, bukanlah tujuan utama, bukanlah sebuah ambisi, bukan segala-galanya, melainkan sebuah jalan, sebuah wasilah, sebuah instrument. Kita tidak menjadikan demokrasi segala-galanya, tapi hanyalah sebuah instrument... Sayangnya, ada sekelompok orang yang "mencekal" dan "mengembosi" hal ini. Ya, masing-masing memang punya ijtihadnya. Hanya saja, sampai menuduh pihak yang berjuang di jalan ini sebagai orang yang mengambil jalan haram? Sampai mengkafirkan? Apakah hanya sekelompok orang tersebut saja kah yang paling benar lantas yang lain salah? Subhanallah...
Ya memang tidak masalah perbedaan ini ada, toh di jaman Rasulullaah juga sudah ada perbedaan semacam ini. Hanya saja, menyedihkan sekali jika ini malah memicu perpecahan. Lagian, aku tidak terlalu suka menghabiskan energi untuk membahas perbedaan-perbedaan ini (selain memang tidak punya kafaah ilmu di bidang ini). Lebih baik fokus untuk memenangkan perjuangan ini. Mengurusi hal tersebut hanya menguras energi dan menghabiskan waktu saja sementara memperdebatkannya seolah tidak ada ujungnya. Masing-masing kekeuh dengan pendapatnya. Masing-masing merasa diri paling benar. Astaghfirullah... Lebih baik fokus, fokus, dan fokus untuk memperjuangkan dan memenangkan kebenaran yang kita yakini.
Jika ada sebagian yg berpendapat bahwa mengikuti pemilu adalah karena agar mudharat yg ditimbulkan lebih kecil, maka pastilah ada sebagiannya lagi yg memang bekerja dan berjuang untuk mengecilkan mudharat itu...
Sebab ada kata "mengecilkan mudharat", maka pastilah karena ada "pelaku" yang mengecilkan mudharat itu...Tidak mungkin tetiba ada pernyataan "mengecilkan mudharat" sementara tidak ada yg berjuang untuk itu...
Maka ketika ada pilihan untuk memilih atau ikut berjuang, bagiku adalah pilihan terbaik menjadi bagian dr orang2 yg memperjuangkan apa yang disebut "memperkecil mudharat" tersebut. In syaa Allah...
Allahu'alam bish showab...
Aku berdo'a, semoga pemimpin yang terbaik yang terpilih pada pemilu ini adalah orang-orang yang tulus memperjuangkan agama ini dan negara ini. Hingga saat ini, yang terbaik menurutku adalah PKS. Semoga Allah memenangkan partai dakwah ini... Semoga Allah menjaga mereka dari godaan dunia dan benar-benar berjuang menegakkan Ad-Diin ini... Allahuakbar!!!
Jadi, #CoblosPKSno3 :)
Shopping pattern; gambar yang bikin suamiku ngakak. Picture by STORE92 |
Ikan tepung crispy |